21 Mar 2018

Tuberkulosis Bisa disembuhkan !


slideshare(dot)net


TB (Tuberkulosis)  adalah infeksi yang bisa diobati, cuma pengobatannya perlu waktu lama,” pesan Dr. Anung Sugihantono, Dirjend Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI.

Hadir di Workshop Blogger dalam rangka HTBS 2018, memberi kesempatan saya bersua dengan eks penderita TB Paru--dinyatakan sembuh pada Juni 2017.

Kabar kesembuhan ini, tentu membawa secercah harap. Bahwa penyakit Tuberkulosis, ternyata memang bisa disembuhkan.
Kuncinya --bagi penderita dan pendampingnya--, musti sabar dan tekun dalam menjalani proses penyembuhan.

Adalah Edi Junaidi–pasien dinyatakan sembuh Tuberkulosis MDR –, ayah dua anak telah melalui proses pengobatan cukup panjang,
Dari air mukanya, jelas masih menyimpan sedih. Sesekali suara parau muncul, ketika menceritakan ulang kisah dialami.

Rangkaian pengobatan selama (total) 21 bulan dijalani, termasuk rutin suntik selama 8 bulan dan minum 13 butir obat setiap hari.
Bayangkan, minum obat sebanyak itu-- dalam jangka waktu panjang-- pasti ada efek sampingnya. Lelaki usia 44 tahun ini, terdampak asam urat sampai 18.9.

Kaki ini tidak bisa untuk menapak,” tuturnya pilu.

Perlu kita ketahui bersama, Indonesia menjadi salah satu negara dengan beban TB tinggi. Kejadian TB pertahun di Indonesia, 1.020.000 kasus.

Gejala TB
  • Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) --gejala utama
  • Demam meriang
  • Berkeringat tanpa sebab
  • Nyeri di dada
  • Batuk berdahak (dapat bercampur darah)
  • Nafsu makan menurun
  • Berat badan menurun
Pengobatan TB sensitif obat, musti dilakukan secara rutin selama 6-8 bulan. Selanjutnya masa penyembuhan, seperti kasus TB Paru Pak Edi sampai 21 bulan.

Selain kesabaran dalam proses penyembuhan, tak kalah dahsyat tekanan psikologis dari orang – orang di sekitar (saudara, keluarga, tetangga dan lain sebagainya).
Pak Edi mengalami, bagaimana peralatan seperti piring, sendok, gelas dan alat lain musti dipisahkan, keluarga tidak mau berdekatan seperti hidup dalam isolasi.

Tak hanya di rumah dan lingkungan sekitar, stigma di tengah masyarakat membuat beban pikiran bertambah berat.
Pandangan –nyaris-- semua orang terasa sinis, seperti menjadi orang yang tidak diinginkan kehadirannya.

Misalnya saat antre berobat, diminta menunggu di luar ruang tunggu. Mendapat nomor panggilan terakhir, setelah semua pasien selesai.
Kondisi yang dihadapi, membuat Pak Edi semakin kurus, hilang nafsu makan dan batuk semakin menjadi-jadi.
Dr. Anung Sugihantono, M Kes - dokpri

Pandu Riono - dokpri
Perlu diperhatikan Etiket Batuk” Jelas Pandu Riono, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ya. Kita masyarakat, sangat perlu menerapkan etiket batuk. Hal ini dilakukan, agar bakteri tidak  menyebar pada orang di sekitar kita.

Etiket Batuk
  • Gunakan masker
  • Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan lengan anda
  • Tutup hidung dan mulut anda dengan Tisu atau saputangan
  • Segera buang tisu yanng sudah dipakai
  • Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun.

Selain kasus Tuberkulosis yang menyerang Pak Edi Junaedi, ternyata Presiden Indonesia ketiga BJ Habibie pernah terkena TB Tulang pada usia 23 tahun.

Hal ini mengindikasikan, bahwa TB tidak ada hubungan dengan status sosial. Dari kalangan apapun bisa terjangkit TB, sehingga perlu menjaga daya tahan tubuh.

Masih ada nama besar lainnya, seperti penyair Chairil Anwar yang terkenal dengan puisi Binatang Jalang.
Panglima Besar Jenderal Sudirman, memimpin pertempuran dengan ditandu dalam kondisi sakit TB. Penulis dunia George Orwell, Pemusik Carlos Santana, Presiden Nelson Mandela dan beberapa nama lainnya.

Indonesia, sedang berupaya untuk eliminasi Tuberkulosis dengan cara :
  • Memperkuat semua jenis layanan yang terintegrasi di semua wilayah, butuh kepemimpinan dan komitmen.
  • Memperkuat komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam tanggung jawab layanan TB di wilayahnya dengan mewujudkan Rencana Aksi Daerah.

kaskus.co.id
Indonesia dengan 1.020.000 penderita TB, baru (sekitar) 427.000 kasus ditemukan. Hal pertama perlu dilakukan, adalah menemukan penderita TB agar bisa segera ditangani.

Satu orang dengan TB, berpotensi menularkan sampai 15 orang, “ tambah Pandu Riono.

Bagi yang masih sehat, sangat perlu memperhatikan gaya hidup. TB yang diderita Pak Edi, bermula dari pola hidup kurang sehat yang dijalani.
Dulu Pak Edi adalah perokok aktif – bahkan bisa 3 bungkus sehari--, terbiasa minum-minuman keras dan suka begadang.

Bulan September 2015 dinyatakan sensitif TB MDR, mulai menjalani pengobatan di RS Persahabatan selama nyaris dua tahun.
Sebelum proses penyembuhan, bobot tubuhnya sempat turun drastis. Hilang nafsu makan, sempat mengalami depresi.

Keluarga besar sangat mensuport pengobatan, dua anak dirawat oleh saudara jauh dan kakak kandung. Pak Edi bisa focus, berjuang mengobati TB MDR.

Berkat ketekunannya, pada 14 Juni 2017 dinyatakan sembuh dari TB MDR. Selepas dari penyakit TB, Pak Edi tergabung sebagai voulenter pendamping  penderita TB menjalani pengobatan sampai sembuh.

Pengobatan penderita TB musti tuntas, pengobatan tidak tuntas menyebabkan resistan.
  • Penyakit tidak sembuh dan tetap menular ke orang lain
  • Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian
  • Obat Anti TBC (OAT) biasa tidak dapat membunuh kuman, sehingga pasien tidak bisa disembuhkan
  • Pengobatan lebih lama sekitar 2 tahun
  • Biaya pengobatan mencapai 200 kal lipat 

Pal Edi Junaidi dinyatakan sembuh -dokpri
Upaya terbobosan dilakukan pemerintah mengatasi TB

  • Penerapan public- private Mix berbasis kabupaten/ Kota, kerja sama dengan koalisi profesi sinkronisasi layanan dengan JKN
  • Penguatan surveilans aktif (penyisiran kasus, pelaporan berbasis IT, penyederhanaan lapiran, mandatory notification
  • Ekspansi laboratorium berbasis tes cepat molekuler (TCM), jejaring transport sputum
  • Perubahan pengobatan TB RO jangka pendek dari 18 – 24 bulan menjadi 9 – 12 bulan
  • Ekspansi layanan TB RO di 360 RS dan balai di 34 provinsi
  • Kerjasama lintas sektoral dan masyarakat untuk “public awarness” dan mobilisasi sosial
  • Perencanaan dengan pendekatan multisektoral di Kabupaten/ Kota untuk penerapan SPM untuk TB
Kasus Pak Edi Junaidi, bisa menjadi penyemangat bagi penderita TB lainnya. Bahwa ketekunan dan semangat untuk sembuh, adalah kunci untuk bisa terlepas dari penyakit TB.
Tidak ketinggalan, support dari orang terdekat, akan menguatkan beban psikologis si penderita TB.

Pemerintah konsen melibatkan semua orang, untuk peduli pada penemuan kasus dan pengobatan kasus," tutup Dr. Anung Sugihantono, M.Kes

6 komentar:

  1. wah lengkap banget, makasih ya informasinya mas Agung..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih Mbak Zata, sudah berkunjung

      Hapus
  2. Dukungan keluarga berperan penting ya mas, terkadang banyak keluarga tidak menyadari hal ini

    BalasHapus
  3. Komplit infonya. Penyembuhan penderita TB harus sabar banget, ya. Dukungan orang terdekat pastinya penting banget

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA