Home

21 Jan 2018

Bahagia itu (tidak) Sederhana



Illustrasi- dokpri

Banyak orang bilang, “Bahagia itu Sederhana.” Mungkin saja, kalimat ini benar, namun (bisa jadi) tidak sepenuhnya benar. Ukuran bahagia setiap orang tidak sama, masing-masing tergantung orang bersangkutan. 

Orang yang hidup (misal) di pegunungan, melihat gunung, menikmati udara bersih, menatap pemandangan indah, sudah sangat biasa.
Berbeda dengan orang (misal) tinggal di kota, begitu melihat pegunungan dan udara yang bersih, akan merasakan kebahagiaan.

Mau bukti. Coba saja tengok media sosial, dalam hitungan detik beragam foto dan status berganti dengan cepatnya.

-0o0-
Belum genap sebulan, kita memasuki tahun 2018. Suasana kemeriahan pergantian tahun, rasanya masih menempel di ingatan penikmatnya.

Kita semua pasati masih ingat, euforia kesuka-riaan penyambutan tahun baru (kala itu), memenuhi laman medsos—dalam bentuk tulisan, gambar, video.

Ada yang membagi gambar, bersama pasangan sedang berada kota di luar negeri, tampak sedang berjalan-jalan di tempat terkenal.
Ada yang berkumpul di rumah atau di villa, bersama keluarga, sahabat dan kerabat, sembari menikmati tumpah ruah hidangan.

Pada tempat lain dan saat bersamaan, ada yang memilih tidak merayakan tahun baru. Orang-orang ini, menganggap pergantian tahun, tak ubahnya seperti malam biasa.

Semua piluhan, tidak ada yang salah, semua pilihan bebas dan syah saja. Karena ujung dari setiap pilihan, adalah meraih kebahagiaan.
Kebahagiaan dihadirkan, melalui bermacam cara dan keadaan. Setiap orang tidak sama, cara mendapatkan bahagia termasuk cara mengekspresikan.

(Apa) Bahagia itu Sederhana?
Saat pergantian tahun, saya melihat beberapa situasi –berdasarkan status---di medsos. Beragam latar belakang menghiasi, ujungnya adalah pencapaian kebahagiaan.

 Ada satu akun, memasang gambar, sepiring kecil singkong rebus bersanding secangkir kopi.  –disertakan caption “Bahagia itu Sederhana.”

Ada juga, caption panjang dan bertutur. Menggambarkan suasana berkumpul dengan sanak saudara, dalam foto tampak satu tampah jajanan pasar.  – kalimat terakhir menyertakan kalimat “Bahagia itu Sederhana.”

Ada yang sedang di teras rumah/kost –seorang diri--, dari statusnya tergambar situasai sedang berintrospeksi

Tidak bisa dipungkiri, bukan situasi itu saja membuat bahagia. Bahwa ada yang upload foto, sedang berada di kota ternama di luar negeri, juga sedang menikmati berbahagia.

Atau juga ada yang sedang menikmati kebahagiaan, dengan melewatkan kebersamaan bersantap malam di restaurant mahal sambil berhaha-hihi.

Menurut saya nih, bahagia itu sebenarnya tidak sederhana, tapi istimewa. Siapapun, bisa meraih kebahagiaan dengan cara sendiri.
Karena bahagia sangat fleksibel, tidak bisa dibungkus dengan satu keadaan saja. bahagia bisa hadir dengar aneka ragam kemasan, tanpa peduli pelakunya.

Bahagia bisa datang, (misal) saat menikmati suasana malam, berteman secangkir minuman hangat dan murah plus gorengan saja.
Atau bisa saja kebahagiaan datang, bersama minuman harga selangit dan snack bercita rasa internasional.

Bahagia bisa hadir, pada siang terik di pematang sawah yang damai. Namun siapa sangka, bahagia juga hadir, di keramaian pesta pora pusat perbelanjaan atau hotel bintang lima.

Orang berhak meraih bahagia, dengan kemampuan dan cara yang dimiliki. Karena bahagia itu tidak sederhana, tapi istimewa.
Kebahagiaan milik siapa saja-dokpri
Bahagia adalah suatu keadaan yang menghadirkan “esensi.” Bisa hadir di dalam setiap hati siapapun saja. Bahagia menjadi  buah, dari rasa penerimaan dengan hati ikhlas.
Bagi hati yang tak iri dengan kepemilikan orang lain, akan mudah diliputi rasa syukur. Bahagia tidak bisa disandingkan, dengan segela ukuran- ukuran logika manusia.

Bahagia sangat bisa diraih siapa saja, yang memang menyediakan diri untuk menerima kebahagiaan dalam dirinya.

Siapapun berhak bahagia, tanpa peduli kepemilikan yang kasat mata. Bahagia adanya di sanubari, terlalu remeh kalau disejajarkan dengan parameter bendawi. Harta atau kepemilikan, hanya menjadi satu diantara seribu cara menggapai bahagia.

Jadi apakah bahagia itu sederhana? Bahagia itu istimewa, karena datang pada orang-orang istimewa. (salam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA