31 Okt 2015

AWesome American Nacho Cheese Varian Baru Restaurant A&W®


Launching Menu AW (dokpri)

Siapa tak suka keju?
Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti suka keju, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Makanan berbahan dasar susu ini, sangat akrab dengan lidah orang Indonesia. Keju dihadirkan dan dipadukan, dalam aneka bentuk makanan. Kebanyakan dalam wujud kue atau cake, keju bisa dinikmati oleh penggemarnya.
Eits tunggu dulu!
Masih tentang inovasi keju, mulai 26 Oktober 2015 ada yang baru di seluruh gerai A&W® lho. Dalam rangka perayaan ulang tahun ke 30, A&W® mempersembahkan menu AWsome American Nacho Cheezy. Peluncuran menu terbaru  menjadi wujud komitmen A&W®, demi senantiasa menyajikan produk-produk inovatif bagi masyarakat Indonesia.

Sepotong Kesah dalam Secangkir Kopi


Secangkri Kopi (dokpri)
Pagi belum terlalu sempurna, langkah kaki kecil itu sudah terlampau jauh menjejak. Yu Sukirah nama perempuan tangguh ini, tubuhnya yang kurus ternyata menyimpan tenaga yang perkasa. Dua bongkokkan (ikatan besar) ranting kering, mampu diangkat dengan punggungnya. Dua hari sekali menyusuri jalanan dari sudut hutan dekat rumahnya, menuju pasar desa kecamatan terdekat. Kebiasaan ini sudah dilakukan puluhan tahun, hingga anak gadis satu satunya lulus Sekolah Dasar. Kang Parno sang suami biasanya turut mendampingi, lelaki berkulit legam membawa lebih banyak bongkokan. Sebagai buruh tani Kang Parno terpaksa absen jualan kayu, ketika musim panen padi beranjak datang. Seperti dini hari ini Yu Sukirah berjalan sendiri, karena sang suami musti memetik padi yang sudah menguning.
Kumandang panggilan subuh bergema, penanda saat menghentikan langkah sarat beban. Saat melepas penat ditanggung punggung, menghempas sesak terpendam di dada. Air wudlu membasahi wajah, kaki dan tangan, sejenak menghantar aroma segar. Mukena lusuh terselip antara ranting digendongan, kini membungkus tubuh kurusnya. Menyisakan sebentuk wajah kuyu, dan telapak tangan dengan garis kasar. Menegakkan dua rakaat wajib tiada ditinggal, kecuali saat siklus bulanan sebagai perempuan datang. Shalat adalah hakekat kehidupan, meski hidup seolah berwajah tak ramah. Segala peluh yang ditanggung jatuh, mengalir beriring manik embun dari sudut mata. Serangkaian bacaan bahasa arab imam musholla, didengar sungguh meski tak dimengerti maksudnya. Beruntung doa yang dilantunkan, memakai boso jowo halus yang sangat dipahami. Usai menghadap pemilik kehidupan, ada rasa lega di dada. Perasaan yang tidak bisa diterjemahkan, namun membuat Yu Sukirah terasa berlipat semangat.
Jarak dari musholla ke pasar sudah tak begitu jauh, ditempuh kurang dari setengah kilometer. Maka sambil menunggu langit sedikit terang, satu kelaziman mampir di warung pojok lapangan. Hati pemilik warung yang welas,  pun seluas lapangan bola disamping  tempat jualannya. Bu Sadilah sama sekali tak keberatan, menyediakan ruang untuk Yu Sukirah. Membantu pekerjaan apapun sebisanya, bersama Yu Yem batur*(pembantu) tetap bertahun tahun. Mencuci piring dan gelas kotor, serta menggoreng jajanan dagangan. Hingga semburat sinar pagi muncul, artinya Yu Sukirah musti ke pasar menjual kayunya. Atas kerelaan membantu pekerjaan di dapur, secangkir kopi dan gethuk menjadi upah. Tak ada kamus hitung hitungan bayaran, yang ada ketulusan atas dasar rela dan direlakan. Saat menikmati secangkir kopi, sembari duduk di atas dingklik di sudut dapur.  Adalah momentum istimewa, yang melegakan rasa menghempas sejenak duka. Kalau sedang sepi pengunjung, Bu Sadilah membuka obrolan apa saja. Tak ketinggalan kopi menemani, berada di meja tempat empunya warung.
Kopi (dokpri)
"Piye anakmu Yu.." obrolan dimulai "jadi  ngenger* di mana?" (*ngenger = bekerja sebagai pembantu)
Pertanyaan Bu Sadilah membuat gundah mencuat, hati perempuan kurus seperti terkoyak. Cangkir kopi yang masih panas diraihnya, disruput  langsung beriring satu tarikan nafas panjang. Kopi yang masih penuh uapnya mengepul, menghadirkan wajah Waginem anaknya. Gadis tanggung sedianya ditawari bekerja di warung ini, namun tak kunjung menjawab pertanda menolak.
"mboten ngertos  saya budhe,  wong mau anaknya pengin jadi TKW di Arab" ujarnya berat
Aroma kopi masihlah lekat di indra penciuman, sejanak melumerkan hatinya yang risau. Yu Sukirah perempuan tak berdaya, tetapi perkasa memanggul beban hidupnya. Cawan ceper diraih dituang air kopi, agar panasnya setidaknya sedikit berkurang.  Entah sensasi apa yang dihadirkan dari setiap sesapan, tapi ada satu perasaan yang menjadi lebih ringan. Asap yang mengepul diresapi, dengan mata merem sambil dihirup dalam. Dalam kesahajaan hidup yang utuh, ternyata tak mengambil sepenuh hak untuk sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang didapati dengan cara sederhana, melalui secangkir kopi yang dituang di atas cawan kecil.
Kopi di warung Bu Sadilah terkenal enak, yu yem menggoreng sekaligus ndeplok sendiri. Kopi mentah dibeli dari langganan di pasar, hanya warung bu Mitro yang menjual kopi jenis khusus ini. Meski harganya sedikit berbeda, namun rasa yang ditawarkan tentu berbeda juga. Yu Yem yang telaten dan cekatan, menggoreng di atas tungku menggunakan wingko (wajan dari tanah). 
Kopi dibolak balik sampai menghitam, menyemburkan hawa panas di sela sela biji. Setelah  setiap butiran kopi dipastikan matang, dideplok mengunakan lumpang batu. Proses ndeplok perlu beberapa waktu dan kesabaran, sampai butiran demi butiran kopi matang hancur. Langkah selanjutnya serbukan kopi disaring, memakai ayakan dengan lubang tipis. Agar kopi yang dihasilkan dijamin halus, bisa larut dengan air saat disajikan.
"Yu yem,...kapan kapan aku diajari goreng kopi kaya gini yo.."rajuk Yu Sukirah memendam penasaran.
"enak yo rasane,...." senyum Sayem merekah bangga " iyo yu... nanti tak ajari"  
Racikan favorit pelanggan terpenuhi, melalui adonan tangan pemilik warung. Dalam takaran yang terukur, tersaji kopi nasgitel alis panas, legi, kenthel. Dengan aneka pilihan jajanan, membuat secangkir kopi terasa lebih nikmat. Pelanggan kebanyakan bapak bapak sepuh, datang saat malam tiba. Mereka membincangkan keseharian dengan gayeng, ditemani secangkir kopi Bu Sadilah. Penjual sayuran atau blantik sapi, hadir biasanya sebelum subuh. Cita rasa kopi warung ini tersebar, melalui cara efektif yaitu mulut ke mulut.
Bu Sadilah adalah generasi pemula, sedikit memendam gundah seperti Yu Sukirah. Anak mbarepnya sudah bekerja di Mojokerto, sedang ragilnya kelas dua SMA di Magetan. Kedua anaknya tak ada yang tertarik, meneruskan warung rintisan ibunya.
Ada kesah yang serasa turut tertuang, beriring kucuran kopi diatas cawan. Semerbak aroma kopi yang menyentuh ujung hidung, merampas sedikit kepedihan yang ditanggung. Dua perempuan berbeda kelas, dengan cita rasa kopi yang sama. Saling gudo roso (berbagi perasaan) yang hinggap, meski dengan sudut pandang sendiri sendiri.
Satu sruputan kopi ditingkah potekan gethuk, mengganjal perut Yu Sukirah yang nyaris keroncongan. Wejangan Budhe Sadilah yang mengalir, membuat kenikmatan kopi semakin paripurna. Secangkir kopi tak lagi sekedar secangkir kopi, tetapi menjelma sebuah perhatian dan ruang lapang.  
Yu Sukirah datang dua atau tiga hari sekali, bergilir jualan ranting kayu di desa lain. Sehingga ke warung Budhe Sadilah, menjadi pengobat rindu pada secangkir kopi. Selain menjaga diri atas rasa sungkan, kalau terlalu sering mampir.
"memang maunya anak sekarang sudah beda" celetuk budhe Sadilah "penginnya dapat duit gedhe"
Tak gamblang maksud kalimat Budhe Sadilah, bisa jadi mewakili perasaannya sendiri juga. Yu Sukirah hanya diam mendengarkan, tak tahu musti menjawab dengan kalimat apa. Dirinya seperti berada dipersimpangan, antara melepas dan menahan Wagiyem. Anak wedhok satu satunya, kalau sudah punya kemauan cukup keras hati. Apalagi setelah melihat teman semasa SD, menjadi TKW pulang membawa perhiasan dan duit banyak. Tapi Yu Sukirah justru mengedepankan rasa khawatir, ketika mendengar berita TKW disiksa majikan, atau pulang tinggal nama.
Secangkir kopi dengan aroma tak terkira, sejenak telah mengusir kesahnya. Sruputan demi sruputan dilalui, menemani sepotong pagi yang ke entah. Mengelupas rasa tak menentu, namun tak ada pilihan kecuali dijalani. Secangkir kopi meninggalkan residu pekat, sepekat kebimbangan batinnya. Secangkir kopi mengandung banyak hal, kadang sama sekali tak dipahami perempuan setangguh Yu Sukirah.
"Budhe nuwun sewu langitnya sudah terang, kulo pamit dulu" ujarnya sambil berkemas.
"Yo yu, sing ati ati" balas pemilik warung.
foto dipinjam dari http://slametriyadi.com

Kerekatan batin dua perempuan ini, terjalin erat melalui secangkir kopi. Aromanya yang ngangeni, menjadi hak siapa saja mengecap tanpa memandang kasta. Langkah kaki yang sempat berat, mendadak menjelma ringan sarat semangat. Secangkir kopi telah mengalirkan energi, bersama kelapangan hati pemilik warung. Meskipun beban tetaplah beban, yang tak diketahui akan kemana bermuara. Bayangan Waginem disimpannya, menjemput keringat demi keringat untuk dibawa pulang nanti siang.  

29 Okt 2015

Wendy's ; Persembahan Menu Standart Internasional


Aneka Menu di Wendy's (dokpri)

Gaya hidup di kota besar, biasanya berbanding lurus dengan lingkungan pergaulan. Kaum urban lazimnya tak pernah mau ketinggalan, selalu up date baik dalam berpenampilan (baca; busana), aksesoris,  gadget, tempat nongkrong, apalagi makanan.

Tak mengherankan, kalau tempat seperti Mall berkelas, Butik, Bioskop, Cafe, Restaurant, rasanya tak pernah sepi pengunjung. Fenomena yang berlangsung, menjadi peluang semua sektor bisnis berlomba.

21 Okt 2015

Berkebun Bersama Bekasi Berkebun


Acara Bekasi Berkebun (dokpri)
Sejak tinggal di daerah penyangga ibukota,  pembangunan fisik terasa masif dilakukan. Tak sampai sepuluh tahun, jalanan yang dulu lengang cepat berubah menjadi ramai. Pepohonan yang dulunya tumbuh lebat, berganti bangunan beton tinggi menjulang. Belum lagi perumahan model hometown, menjamur masuk area perkampungan.  Kegiatan bercocok tanam baik di sawah atau kebun, semakin jarang dijumpai. Mungkin bukan karena tak ada penghobi, tapi justru akibat minimnya lahan. Namun perkembangan ilmu pengetahuan, memungkinkan kendala yang terjadi bisa disiasati.
Misalnya ?
Keterbatasan lahan atau kebun, bisa diganti dengan media tanam lain seperti Pot. Kalau ruang meletakkan pot terbatas, bisa disiasati dengan cara digantung. Pendek kata semua cara bisa dilakukan, sehingga hoby berkebun bisa tersalurkan.
Bekasi Berkebun bareng KokGituYa
Minggu pagi di bulan oktober, kami blogger berkumpul di rumah dinas Wakil Walikota Bekasi. Saya yang berasal dari Tangerang Selatan, berangkat pagi agar on time sampai Lokasi acara. Pukul 06.00 wib saya sudah berangkat dari rumah, dengan roda dua mengambil arah cawang menyusuri raya Kalimalang. Sepanjang jalan saya mengamati plang petunjuk jalan, hingga mengeja nama Jalan Patriot. Setelah mengambil belok arah kiri, sekitar satu kilo sampai juga di Jalan Mataram. Total perjalanan sekitar 1 jam 30 menit, berarti saya lebih cepat datang dari jadwal undangan yaitu jam 08.00 wib.
-o-0-o-
Acara dimulai 30 menit lebih lambat, para blogger sudah mulai berdatangan. Wakil Walikota Bekasi Bapak Ahmad Syaiku, memberi kata sambutan. 
Wakil Walikota Bekasi, Bp Ahmad Syaiku berfoto dg Panitia
Mengucapkan selamat datang kepada blogger, sekaligus merasa senang dengan kegiatan Bekasi Berkebun. Minimnya lahan semestinya merangsang kreatifitas, agar penghijauan di sekitar rumah tetap bisa dilakukan. Sayang sekali sang tuan rumah ada acara lain, sehingga pamit setelah memberi sambutan.
Kami blogger diajak keluar ruangan, menuju pekarangan sebelah depan samping rumah. Mitha dari Jejaring UI Berkebun, menerangkan pengetahuan mendasar tentang berkebun. Aktivitis lingkungan hidup ini membantah mitos, tangan panas susah menanam tumbuhan. Mitha menekankan teori yang tepat, adalah "belum tahu bagaimana cara menanam yang benar". Tiga hal penting yang perlu di perhatikan dalam menanam, adalah sinar matahari, sirkulasi udara dan media tanam. Kemudian harus diketahui bagaimana memperlakukan, antara benih dan bibit sebagai calon tanaman.
Benih ; ditaman masih berupa biji (kacang-kacangan, jagung dsb)
Bibit ; sudah melalui proses semai (misalnya padi)
Acara Bekasi Berkebun (dokpri)

Acara Bekasi Berkebun
Dua variant cikal bakal tumbuhan ini, masing-masing memiliki perlakuan berbeda. Pada benih biasanya lebih cepat tumbuh, namun membutuhkan kelembaban udara. Kalau salah menempatkan pada posisi matahari terik, tumbuhan akan stress akhirnya mati. Indikasi tumbuhan stress sangat mudah dikenali, daunnya layu dan batangnya lunglai. Namun kondisi stress pada tumbuhan, bisa diselamatkan kalau tepat memperlakukan tanaman.
Kemudian blogger diperlihatkan, bagimana sebaiknya memindahkan tanaman pasca pembibitan. Setiap tanaman sebaiknya dibibitkan pada media plastik khusus, agar pemindahannya lebih mudah. Cara tepat pemindahan tanamam, diangkat sekalian tanahnya jangan sampai akarnya patah. Pada saat patah, ibarat tubuh manusia mengalami luka. Perlu waktu untuk proses penyembuhan, sebelum tumbuh dengan normal.
Waktu yang tepat untuk menanam, adalah pagi hari sekitar jam 07.00 - 09.00. sinar matahari pada kisaran waktu tersebut, tidak terlalu terik dan menyehatkan. Pilihlah tanah yang gembur, agar kerja akar tidak berat. Atau kalau memiliki lahan yang tandus, sebaiknya ditambah sekam bakar. Sekam ini akan membantu mengurai kontur tanah, sehingga memperingan kerja akar mengurai tanah.
Saat menyiram tanaman yang tepat, sebaiknya pada pagi atau sore hari. Siramlah tanaman di sekitar akar, tidak perlu menyemprot sampai daun-daunnya.  Pada masa perawatan, berilah pupuk 1 bulan sekali dengan pupuk pupuk cair. Beri juga secara berkala pupuk kandang/ kompos, pupuk jenis inilah yang mengundang cacing untuk menggemburkan tanah.
Blogger Berkebun (dokpri)

Blogger Berkebun (dokpri)
Wina dari Indonesia Menanam, hadir mendampingi Mitha pada pagi itu. Menambahkan cara panen yang bagus, sebaiknya tanaman dicabut jangan dipetik. Seperti tumbuhan bayam, jangan hanya dipetik daunnya dan dibiarkan batangnya menancap di tanah. Meskipun bayam akan tumbuh kembali daunnya, biasanya nutrisinya  tidak sempurna atau sudah berkurang.
Masa panen bayam sekitar 1 - 3 minggu
Masa panen Kacang Panjang sekitar 1 - 2 bulan
Masa Panen Cabe sekitar  3- 4 bulan (bisa berulang pada 6 - 12 bulan dengan jumlah yang berkurang)
Keseruan berkebun semakin nyata, ketika blogger diajak praktek menanam. Lahan di belakang rumah dinas wakil Walikota, tanahnya sudah dicangkul siap menjadi media tanam. Kami diajak menanam kacang panjang, cabai, jagung dan bayam.
Tanpa terasa mendekati jam 10.00, kami masuk ke rumah. Saatnya menyantap snack, dan melepas lelah usai berkebun.
-o-0-o
Pak Eko Priyanto beliau Head of Department Daihatsu, mengisi acara berikutnya. Komitment Daihatsu mewadahi blogger, diwujudkan melalui situs www.kokgituya.com . Namanya sengaja dipilih KokGituYa, agar menerbitkan rasa penasaran. Sampai saat ini sudah ada 200 blogger, tergabung dalam KokGituYa.
Daihatsu dalam program CSR (Corporate Social Responsibility), memiliki 4 pilar
- Sehat (sehat harus dimulai dari dini, saat bayi menjadi usia tepat)
- Pintar (dalam bidang Industri Daihatsu bekerjasama dengan SMK, agar tenaga muda ini siap recrut)
- Sejahtera (Daihatsu memiliki UKM binaan, di Karawang memberdayakan peternak Nila, di Sunter membina pekerja kain majun)
- Lingkungan Hijau - Green ; dengan gerakan menanam 20 ribu pohon, untuk seluruh Indonesia.
Selain tanaman Daihatsu melestarikan Penyu, 5 tempat menjadi konsentrasi (Pulau Pramuka, Derawan, Bali, dsb).
Selanjutnya acara diisi oleh Rini dari KokGituYa.com, mengetengahkan tagline "Tempat Kumpul Para Blogger".
Tak bisa dipungkiri, kekuatan tulisan Blogger sanggup meng-influence pembaca. Saat ini KokGituYa memiliki 5 kanal,  Otomotif, Tehnologi, Travel, Wirausaha dan Lifestyle. Sepertu halnya sebuah web, blogger bisa mengisi kanal yang sesuai dengan minat dan bakat.
Pembicara Terakhir adalah Prita Wibisono, dari Valencia care sebuah organisasi nirlaba. Bergerak dibidang kemanusiaan, lebih spesifik pada bidang kesehatan.  Valencia care dengan program Rumah Harapan, mengajak penggiat sosial media untuk menebar kebaikan. Makanya tak mengherankan sebuah Quote digalakkan, " Be Wise With Your Social Media Account....And Let's Feel Good By Doing Good Thing.  Acara benar-benar sampai ujung, sebagai penutup dilakukan sessi berfoto bersama.
Foto Bersama (dokpri)
Rangkaian acara pagi hingga siang, meyadarkan saya tentang pentingnya berkebun. Kalau saja budaya berkebun dimulai darii setiap rumah, selain hemat bisa menyehatkan anggota keluarga. Sayuran menjadi konsumsi penting, sangat dibutuhkan oleh tubuh. (salam)