Berbahagialah, kalian yang suka olahraga lari. Meski bukan lari mania, saya merasakan manfaat olahraga lari. Sebagai cara efektif, belajar mengelola ego.
Saya yakin tidak
ada yang menyangkal, tidak mudah menaklukkan ego. Lazimnya ego, maunya yang enak-enak dan nyaman tetapi hasilnya bagus.
Contoh simpel, pengin makan enak-enak tanpa pilah pilih. Pada saat bersamaan, tidak mau terkena kelosterol terdampak darah tinggi.
Maunya malas malasan tidak aktif bergerak, tetapi badan sehat berat badan proporsional.
Padahal hidup diatur sedemikian rupa, berlaku hukum sebab akibat. Setiap orang, mendapati sesuai yang dikerjakan.
Saya tak enggan ikut, kalau ada event laro dari brand atau instansi.
Meski bukan jago lari, bisa menjadi kesempatan belajar menaklukkan diri sendiri.
Keikutsertaan di event lari, tidak diniatkan untuk menang.
Mengelola Ego dengan Berlari
Saya pernah ikut event lari, diselenggarakan oleh salah satu Kementerian. Peserta harus hadir, pagi pagi buta sebelum matahari terbit.
Minggu pagi itu, saya bangun jam tiga dini hari bersiap-siap. Meninggalkan empuk kasur dan selimut tebal, melawan dingin dan mengusir enggan.
Keluar rumah, dengan roda dua menuju lokasi.
Yes, saya berhasil di tahap awal. Tiba di lokasi, menunaikan sholat subuh berjamaah.
Berbekal buah potong dan air putih hangat, cukuplah mengganjal lambung sekaligus sarapan sehat.
Waktu start tiba, runners siap menempuh jarak 5 K.
Sekitar seribu pelari, bergerak mengikuti jalur disiapkan panitia. Rutenya memutari jalanan di seputar gedung Kementrian, dibuat bolak balok supaya jarak 5 K terpenuhi.
Pada satu
kilometer pertama, nafas mulai ngos-ngosan. Secara alami terseleksi,
siapa yang niat, yang setengah-setengah atau ikut euforia saja.
Saya merasakan kesempatan, mengalahkan ego itu datang. Saya komit berlari meski kecil, dari garis start sampai finish.
Separuh perjalanan tersedia water station, runners melepas haus sebentar.
Saya menemui peserta berjalan berkelompok, ada yang jalan santai, ada yang memotong rute ditentukan.
Namanya juga fun run, tidak berlaku aturan yang kaku, panitia mewanti wanti peserta untuk tidak memaksakan diri.
Saya
berhasil tiba di garis finish, peserta di kelompok
tengah. Artinya sebagian runners sudah sampai, sebagian
lainnya di barisan belakang.
Saya menikmati, segarnya tubuh setelah lari. Ketika keringat mengucur deras, darah mengalir dengan lancarnya.
Air putih penawar dahaga, buah pisang memulihkan tenaga. Pagi itu saya merasakan manfaat ganda, fisik yang ditempa juga ego dikalahkan.
Kalau dalam keseharian, hal yang sama diterapkan. Kita belajar mengalahkan ego, melalui berbagai cara, salah satunya berlari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA