Home

9 Mei 2021

Penggerak Utama Regulasi Sampah Plastik Indonesia adalah Kita


Saat ini, Indonesia masih memiliki persoalan besar meyoal sampah. Jumlah sampah yang dihasilkan bertambah, berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk.

Jutaan  ton sampah plastik disumbangkan negara-negara maju, juga kita terima dengan tangan terbuka. Alih-alih diolah menjadi sumber pendapatan, sampah-sampah menumpuk menjadi timbunan plastik.

Bali menjadi gaung pertama menggawangi Perwali dan Pergub Provinsi Bali terkait pelarangan tas kresek, sedotan plastik, dan styrofoam.

Kebijakan ini dibarengi dengan gerakkan pengurangan bahan plastik sekali pakai. Memasuki 2020 produsen dan masyarakat,  beraktivitas dengan menggunakan sampah plastik untuk kebutuhan sehari.

Gede Robi, aktivis peduli lingkungan sekaligus vokalis band Rock Navicula, mengatakan bahwa, regulasi yang telah tercipta terjebak dalam kepompong wacana. Hal ini dikarenakan

pergeseran prioritas masalah dan juga tingginya ego ketidakpedulian publik.

“Kita harus melihat apa yang jadi prioritas regulasi pemerintah adalah apa yang disuarakan oleh warga. Kalau warga tidak mau, regulasi juga angin-anginan,”  jelasnya Gede Robi.

Senada dengan Robi, Prigi Arisandi ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur, menambahkan bahwa kebajikan dari kebijakan isu sampah plastik di Indonesia ini mengharuskan masyarakat untuk berperan aktif. 

Baik Robi maupun Prigi percaya, salah satu cara agar isu sampah plastik ini mendapat perhatian khusus adalah dengan mengedukasi masyarakat luas. Melalui film dokumenter bertajuk Pulau Plastik, berupaya memberikan informasi, edukasi, serta mendorong masyarakat agar bersama-sama mencari-membuahkan solusi untuk membebaskan Indonesia dari persoalan sampah.

Film Pulau Plastik diproduksi atas kerjasama Visinema Pictures dengan Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC. Diproduseri oleh Angga Dwimas Sasongko dan Ewa Wojkowska, berkisah tentang perjalanan tiga tokoh sentral protagonis yang menelusuri jejak sampah plastik di rantai makanan manusia.

Tokoh-tokoh tersebut adalah Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi. Ketiganya melawan

penggunaan plastik sekali pakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA