26 Jul 2019

Seberapa Kuat Niat dan Kontribusinya Pada Hasil Diet

illustrasi-dokpri

Sampai hari ini, saya masih berupaya keras menjaga gaya hidup dan pola makan yang baik. Pasti tidak selalu berjalan mulus, tapi justru saya disadarkan pada satu hal, bahwa konsisten dan mempertahankan komitmen butuh usaha tidak sedikit.


Maka untuk tetap menjaga semangat hidup sehat, saya kerap membaca, melihat, mendengar materi yang bia mendukung tujuan saya.

Saya punya chanel youtube favorit, sudah lama disubscribe dan klik lonceng reminder. So, saya tak pernah ketinggalan menonton, kalau chanel ini meng-upload-an video terbaru dan mengirim notofikasinya.
Si pemilik chanel youtube adalah Desak Made Dewi Hughes (akran disapa Hughes), presenter program televisi yang dulunya bertubuh tambun, dan kini bertransformasi menjadi  lebih langsing dan sehat.

-----

Menjalani diet –saya rasakan-- , layaknya seperti menempuh proses kehidupan lainnya. Seperti bekerja, berumah tangga, sekolah dan kegiatan lainnya. Ada naik turunnya, ada saat bersemangat dan malas, ada keadaan pengin nyoba konsumsi ini da itu tanpa saring.

Namanya juga manusia, secara psikologi tidak lempeng terus menerus. Ada saat jenuh datang, sehingga pengin mencoba hal di luar kebiasaan.  Biarlah sekedar naik turun, yang penting tidak keterusan dan kembali ke jalan semula.

Soalnya repot, kalau  setelah nakal ternyata tidak balik jalan, berarti berniat tidak melanjutkan diet. Kalau sudah begitu, berarti rela kembali pada kondisi tubuh seperti saat sebelum diet.
Tubuh balik gemuk, jarum timbangan tidak ramah di penglihatan, bersedia punya jadwal rutin kerokan,  badan mudah kecapekan dan nafas ngos-ngosan kalau dipakai jalan atau lari sebentar saja.

Sayangkan kan, sudah capek capek diet, kalau di tengah jalan hilang motivasi dan putus asa. Semua keputusan (entah benar atau salah), akibatnya kita sendiri yang merasakan.

***
 
dokpri
Ada satu episode di chanel Hughes, yang sangat menarik dan menguatkan semangat hidup sehat saya jalani. Topik bahasan memang cukup menggelitik, adalah analogi niat diet dan kenapa akhirnya bisa gagal.

Begini saya kisahkan ulang versi saya:
Anggap ada dua rumah ( Rumah A dan Rumah B) bersebelahan, keduanya akan kedatangan tamu istimewa pada waktu yang berdekatan. Kedua pemilik rumah exited, persiapan dilakukan masing masing sesuai apa yang ada di benak pemilik rumah.

Pemilik Rumah A mempersiapkan diri dengan maksimal, dinding dicat dengan warna cerah, semua lantai langsung dibersihkan, mengganti korden dengan yang baru, menyemprot pengaharum ruangan dan lain sebagainya.
Sedangkan pemilik rumah B, melakukan persiapan sewajarnya saja. karena  sudah terbiasa bersih-bersih setiap hari. kebiasaan mengganti korden, menyemprot pengharum ruangan, mengganti cat rumah silakukan secara berkala. Jadi pada saat tamu hendak datang, mana yang belum waktunya diganti ya tidak dilakukan.

Pada hari yang ditunggu-tunggu, akhirnya tamu istimewa datang lebih dulu ke rumah A. Untuk menuju rumah A, --karena posisi rumah -- si tamu musti melewati rumah B.
Pada saat mengobrol di rumah A, si tamu berkomentar memberi kesan tentang si B “Rumah B dari luar tampak bersih dan terawat.” Empunya rumah A meski tetap berusaha santun, tapi dalam hati sebenarnya panas dan tidak terima.
Berikutnya si tamu spesial pindah ke rumah B, pada saat ngobrol si tamu menyampaikan kesan tentang rumah A“bahwa udaranya harum, korden dan lantainya bersih dan seterusnya.” Pemilik rumah B  menanggapi komentar tamu dengan wajar, bahkan bisa jadi menambahi dengan hal positif tentang pemilik rumah A.

Besar kemungkinan bisa terjadi, si A sakit hati dan tidak meneruskan merawat rumahnya. Gara-gara komentar tamu spesial, yang memberi kesan baik pada rumah B.
Sementara  pada pemilik rumah B, kebiasaan membenahi rumah tidak akan berubah, meskipun mendengar kesan si tamu spesial terhadap rumah A.

Terus bagaimana kaitannya dengan diet ?
Diet, yang diniatkan agar mendapat komentar langsing, agar di feed instagram keren, agar muka tampak tirus saat di kamera.  Maka ketika mendapati komentar tidak sesuai keinginan, ujung-ujungnya marah, putus asa, bisa-bisa tidak mau meneruskan diet.
Berbeda dengan niat diet untuk kenyamanan (baca sehat), bahwa kalau badan sehat, tidak mudah capek, nafas tidak gampang ngos-ngosan, maka tidak mudah terpengaruh, dengan komentar orang lain.


Pujian atau komentar miring ditanggapi seperlunya, tidak tersinggung apalagi putus asa. Karena diet sudah menjadi gaya hidup, diniatkan untuk kesehatan sendiri, sedangkan badan langsing dianggap bonus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA