7 Des 2017

Siapa Takut, Laki-laki Hadir di Netizen Gathering Tentang Kesetaraan Gender



Ki-Ka : Martha Simanjutak, Maman Suherman, Ina Rachman - dokpri

Coba bayangkan, bagaimana, kalau sebuah program yang sangat bagus, ternyata tidak direspon masyarakat. Semua menguap begitu saja, waktu, tenaga dan upaya seolah sia-sia. Sayangkan.
Bagaimana agar sebuah program, bisa disambut dengan hangat. Jawabnya, perlu disosialisasikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Cara kampanye, juga mengikuti tren yang sedang berlangsung.
KPP-PA, satu diantara Kementrian, yang diberi mandat spesifik. Melihat perkembangan era digital, media sosial menjadi saluran strategis. Blogger atau netizen, adalah para penggiat di belakang medsos.

Sebagai wujud nyata, KPP-PA berupaya melebur dengan jaman now. Dengan menggelar “Netizen Gathering”, di Hotel Atlet Century Senayan Jakarta.
Mengangkat tema, “Menciptakan Konten Kreatif Berbasis Kesetaraan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.”
Acara diselenggarakan KPP-PA bekerjasama dengan IWITA (Indonesia Women Information Technology Awareness.
Netizen Gathering tampak meriah, karena ada dress code ditetapkan. Peserta berbusana daerah, mencerminkan keberagaman dalam persatuan.
Maka pagi itu, tampak  ada yang memakai kain ulos, Batik, baju Betawi, Bali, dan lain sebagainya. Saya tidak mau kalah dong, memakai baju lurik jawa plus blangkon.
Ibu Ratna Susianawati SH MH,  selaku, Asistant Deputi Kesetaraan Gender dalam Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPPPA, menyampaikan dalam sambutannya, “Perempuan sebagai sumber daya potensial pembangunan, perempuan, masih tertinggal di berbagai sektor pembangunan.”
Upaya pemerintah sudah jelas, dengan mengeluarkan produk UU no 7 tahun 1984, meratifikasi segala kekerasan dan tindakan diskriminasi terhadap perempuan.
Kemudian undang undang yang sangat operasional, yaitu UU 23 tahun 2014. UU Perlindungan anak, no 23 tahun 2002, dan no 35 tahun 2014.
Tak ketinggalan UU no 1 tahun 2017 – tentang kebiri, sebagai UU paling fenomenal. Serta ditetapkan Inpres nomor 9 tahun 2000, tentang kesetaraan gender.

Ibu Ratna Susianawati, Asistant Deputi Kesetaraan Gender dalam Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPP-PA (dokpri)
Kesetaraan Gender.
Kawan, dalam acara ini saya tercerahkan. Bahwa gender, sejatinya bukan masalah perempuan saja.
Tapi persoalan terminologi, bagaimana membangun partnership, berbagi tugas dan peran antara laki-laki dan perempuan – ada juga kelompok anak dan lansia.
Ingat Ya. Gender bukan Kodrat !
Kodrat perempuan – ada empat, yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui. Kodrat ini, sampai kapanpun tidak dimiliki laki-laki.
Sementara gender, adalah budaya atau konstruksi sosial. Jadi kesetaraan gender, bukan berarti pukul rata semua situasi untuk laki-laki dan perempuan.
Contohnya, kalau ada genteng bocor. Mentang- mentang (bilang) kesetaraan gender, perempuan musti naik ke atas genteng.
Ada norma sosial berlaku, bahwa kalau ada laki-laki --mengacu norma sosial, sebaiknya mereka lebih dulu membetulkan genteng. Kalau tidak ada, (mau tidak mau) baru perempuan membetulkan genteng, daripada rumah kebanjiran.
Menyoal kesenjangan laki-laki dan perempuan, KPP-PA punya program unggulan “Three Ends” :

Akhiri kekerasan ibu dan anak
Akhiri perdagangan manusia
Akhiri kesenjangan ekonomi bagi kaum perempuan.

Saat ini, digalakkan perlindungan anak berbasis masyarakat. Dengan program “PUSPA”, singkatan Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Mengingat, angka pedofilia dan pornogafi anak ternyata masih tinggi. Sementara, prosentase pelaku kejahatan pada anak, ternyata adalah orang terdekat (teman, paman, tetangga).
KPP-PA terus menekankan, pentingnya memperhatikan pola pengasuhan, bahwa pengasuhan terbaik adalah keluarga.
-0-
Foto bersama Kang Maman- dokpri
Acara Netizen Gathering semakin seru, dengan kehadiran narasumber keren, Kang Maman Suherman.
Sudah seperti yang saya duga, Kang Maman, selalu tampil memukau. Gaya bahasanya ciamik, membuat mata dan telinga focus.
Tahun 2012 Indonesia menjadi tujuan wisata seks Pedofil Australia nomor satu” Kang Maman mengawali pemaparan dengan fakta mencengangkan
Anak dengan kemiskinan, dijadikan alat. Si orang tua dikirimi uang, kemudian diminta mengirimkan foto anaknya yang telanjang dan disebar.
Maka tak heran, Indonesia tujuan pariwisata seks anak terbesar di dunia. Lampu merah kasus pedofilia, bermula dari kita –para orang tua, terlalu permisif, bangga mengupload anak di medsos.
Persoalannya lain muncul, masih terdapat ketimpangan -- desa dan kota, dalam mendapat akses pelayanan kesehatan dasar.
Sejumlah 86% ibu melahirkan di Puskesmas, dengan angka kematian 306 setiap 100ribu kelahiran. Angka ini relatif cukup besar, dampak dari terjadinya perkawinan anak.
Terjadinya kasus persekusi, rentan menjadi korban adalah perempuan dan anak. Kita (sebagai netizen) musti menentang persekusi, dengan alasan apapun.
ada filter 3 B, sebelum netizen sebar berita” Kang Maman berbagi tips.
Apa sih 3 B, kita musti yakini bahwa berita yang hendak disebar, Bener, Baik, Bermanfaat.
Catatan tahunan komnas perempuan 2017, kekerasan terhadap perempuan berada di angka 259.150 kasus. 245.458 diantaranya, adalah kekerasan terhadap istri berujung perceraian.
Angka komnas perempuan (lagi), dalam 24 jam terjadi 35 kekerasan seksual terjadi, 20 diantaranya diperkosa.
Kekerasan sudah menjadi budaya di ruang privat, KDRT berdampak pada budaya kekerasan pada anak.
Bagaimana tidak, suami yang berlaku KDRT pada istri, biasanya akan merembet pada anaknya.
Hal senada disampaikan narsum kedua, Ibu Ina Rachman, beliau seorang Advokat dan aktivis KPA.
“90% korban, keluarga tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya,” Jelas Ibu Ina.
Proteksi keluarga sangat penting, agar anak tidak terlalu mendewakan orang lain. Penting, menanamkan perasaan nyaman di rumah, agar anak terbuka dan mau bercerita apapun pada ayah dan ibu.
Menyinggung kasus persekusi dan dampaknya, ratingnya semakin tinggi, karena ulah perempuan juga.
Coba kita perhatikan, kasus (maaf) pelakor, atau pembullyan terhadap public figur, biasanya dibesar-besarkan oleh perempuan juga.
Mengenal Serempak
Ibu martha Simanjutak, sebagai founder IWITA, memaparkan tentang Serempak.
Serempak atau seputar Perempuan dan anak, adalah edukasi, advokasi, berbagai inspirasi dan pencapaian "Three Ends".
Serempak, menggunakan media interaksi berbasis masyarakat. Isu yang disampaikan, dipromosikan melalui literasi digital, melalui website www.serempak.co.id
Literasi digital, adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten informasi dengan kecakapan kognitif, etika sosial, emosional dan akses informasi teknologi.
Serempak, mengaplikasikan multi platform, mulai dari live chat, citizen jurnalism dan sebagainya.
Yang paling penting, semua platform user friendly, dengan team work, dari unsur pemerintah, stakeholder dan masyarakat.
Nah, acara Netizen Gathering, nan keren dan bermanfaat ini. Atas peran Serempak, sebagai jembatan komunikasi, antara KPP-PA dengan masyarakat (dalam hal ini netizen).
Coba, kalau netizen diedukasi dengan konten ramah perempuan dan anak. Bukan mustahil, tersebar (bahkan viral) konten positif, berkontribusi menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Ibu Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPP-PA ( foto dari www.roelly87.com )
Ibu Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPP-PA, pada akhir acara berpesan,”Netizen harus dapat menyajikan konten yang berkesetaraan gender. Media Sosial sebagai wadah mensosialisasikan pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak.
Wah, lengkap sudah, otak ini diisi dengan materi informatif. Sebagai (netizen)  laki-laki,  tak ada salahnya lho, berperan aktif dalam upaya penyadaran kesetaraan gender. 
Pada ujung acara Netizen Gathering, diumumkan pemenang live tweet, live IG dan lomba joged Three Ends. – Salam Serempak-

38 komentar:

  1. Seru nih acara gatheringnya mas.

    BalasHapus
  2. Asyik nama programnya Puspa

    BalasHapus
  3. Serempak selalu banyak kegiatan ya. Bagus nih acaranya.

    BalasHapus
  4. Beuh, kece! Karena kita semua sama, jadi PD aja Mas hahaha.

    BalasHapus
  5. wooo ... ternyata indonesia jd salah satu destinasi wisata para pedofil �� mengerikaaaan!!!

    BalasHapus
  6. Acara yang padat informasi penting serta dress code-nya unik mas :D

    BalasHapus
  7. Wanita masih menjadi sasaran kekerasan ya, memprihatinkan sekali.aku paling suka acara yang ngebahas tentang wanita seperti ini

    BalasHapus
  8. Sebagai netizen harus menyajikan konten tentang kesetaraan gender! Noted Ibu Deputi

    BalasHapus
  9. Harus hadir malah biar tahu lebih proporsional tentang kesetaraan gender

    BalasHapus
  10. Jadi kesetaraan gender itu tdk harus, pekerjaan laki2 semua sah2 aja di lakukan perempuan ya mas, seperti contoh naik genteng itu, hehehe.

    BalasHapus
  11. Materinya sesuatu banget tuh tentang kesetaraan gender. Catet neh.

    BalasHapus
  12. miris ya, rasanya hati ini terkoyak. saya dukung penuh kampanye kesetaraan gender ini. Smoga semakin banyak yg menyuarakan makin org lebih aware tentang masalah kekerasan thd anak dll.

    BalasHapus
  13. Waah ketemu sama kang Maman Suheman. Setuju banget, netizen harus bisa menyebarkan informasi positif biar jangan hoax terus yang cepat nyebarnya

    BalasHapus
  14. Hoax emang mengerikaaann, dampaknya jauuuh lebih ngeri dari yg pernah aku bayangin
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  15. Makin banyak kasus2 tentang kekerasan perempuan ya mas, apalagi kasus pedofil, aduh semoga Allah SWT selalu melindungi kami dan anak2.

    BalasHapus
  16. Kesetaraan gender hrs dimulai dr lingkungan terkecil (keluarga) kayaknya ya mas. Seperti pemilihan minat anak.

    BalasHapus
  17. Tema Acarany Bagus, kesetraan gender memang sdh lama jadi perbincangan hangat. Semoga semakin bnyak pihak yg aware sm kesetaraan gender.

    BalasHapus
  18. salut buat laki-laki yang mau hadir dan dukung kesetaraan gender semoga semakin banyak didukung kaum pria :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA