13 Feb 2017

“Stop Iklan Rokok” untuk Hidup Lebih Keren

Keren Tanpa Rokok - dokpri
Membaca sebuah status di FB, seorang ibu menuangkan kekesalannya. Saat berada di kendaraan umum, penumpang duduk di sebelahnya kedapatan merokok. Seketika asap memenuhi ruangan angkot, tak bebas keluar karena terhalang jendela kaca.
Saya bisa membayangkan sendiri, betapa tak nyaman terkena asap secara langsung. Dulu ada saudara perempuan langsung muntah, tak tahan kena asap rokok meskipun tidak secara langsung.
Sebagai orang yang tidak merokok, sesekali saya pernah menelisik di pikiran perokok. Padahal tanda peringatan sudah dipasang, dengan gambar tengkorak, janin cacat atau tenggorokan berlubang. Pun kalimat sadis dituliskan, “Merokok Membunuhmu” terpampang jelas pada bungkusnya.
Rupanya peringatan keras kurang berdampak, persepsi bahaya merokok dibelokkan perokok sendiri. “Gak Ngerokok sama aja, ntar juga mati”, “Yang ngga ngerokok belum jaminan sehat terus”, dan sebagainya dan sebagainya.
Apakah ini dampak dari iklan Rokok?
Pada acara Ngobrol bareng Moza Pramita, saya mendapati pencerahan dahsyatnya sebuah iklan. Acara inspiratif dan keren ini, digelar pada jumat sore bertempat di Hotel Veranda Kebayoran Baru. Moza pramita sebagai pemandu acara, menghadirkan 4 narasumber yang kredibel.
Bapak RTM. Masli selaku praktisi periklanan, meyakinkan tentang pengaruh iklan dalam membangun persepsi pemirsanya.
Peran iklan sangat vital, yaitu menyampaikan informasi tentang suatu produk. Agar informasi tampil menarik, maka iklan musti dikemas secara persuasif, sehingga pekerja iklan disebut pekerjaan kreatif.
Iklan rokok dengan segala pembatasannya, justru memunculkan ide ide kreatifitas. Seperti larangan keras, bahwa iklan tidak menampilkan atau mempertontokan orang sedang merokok.
Dasarnya memang pekerja kreatif, tetap saja bisa mengambil sudut pandang out of the box. Akhirnya dipilih cara dengan memanfaatkan emosional pemirsa, sehingga iklan tetap merebut perhatian pemirsa.
Pada sebuah iklan rokok televisi ditampilkan, sosok lelaki gagah perkasa, kuat, tangguh bergaya cowboy. Berlatar daerah pedesaan Amerika, sang cowboy menunggang kuda putih sedang berjalan, berlari dan meringkik.
Satu dua detik di ujung iklan, tampak kaki kuda bagian depan terangkat ke atas. Kemudian muncul nama merk, menyadarkan pemrisa bahwa yang ditonton adalah iklan rokok.
Pemirsa mana tidak terbawa emosinya, mendadak merasa seperti cowboy apabila merokok merk diiklankan. Agar persuasi yang dibangun oleh iklan berhasil, maka dimunculkan berkali kali dengan frekwensi rapat.
Maka tak mengherankan, ada satu iklan rokok muncul beruntun pada beberapa televisi. Alhasil berhasil tertanam di benak pemirsa, pesan apa yang disampaikan rokok tersebut.
-o0o-
Ki - Ka ; M Joni, Sarah Sechan, Ekki Sukarno, RTM. Masli, Moza Pramita - dokpri
Presenter Sarah Sechan juga hadir sebagai narasumber, bercerita pengalaman berkaitan rokok.
Sarah berasal dari keluarga bukan perokok, mulai dari orang tua, saudara dan suami termasuk anti rokok. Maka kalau sedang di tempat umum, kemudian ada orang mendekat kemudian merokok, Sarah tidak segan untuk memperingatkan.
Pernah saat ada job MC di sebuah club, Sarah memperingatkan orang duduk di dekatnya yang sedang merokok.  Bahwa Sarah merasa lebih dulu duduk, cukup keberatan ada yang datang dan merokok.
Sebagai seorang ibu, Rajasa sang buah hati diberi pengertian akibat ditimbulkan dari merokok. Apalagi  sang anak jelang usai remaja, perlu upaya ekstra memberi nasehat. Mengingat iklan rokok dikemas sangat keren, emosi yang dibangun juga sangat kreatif—persis seperti diungkapkan MT Rasli.
Sikap anti rokok dilakukan Ekki Sukarno, musisi ternama di era tahun 80 an. Berani dengan tegas menolak kerjasama perusahaan Rokok, yang hendak mendanai konser musik IDPFest yang diprakarsai.
Meski diakui Ekki, perusahaan rokok tak segan menggelontorkan dana besar. Asal kompensasi yang didapat setara, biasanya merk rokok maunya paling ditonjolkan. Karena musik kerap menjadi perhatian segala kalangan, Ekki bersikukuh menolak tawaran sponsor besar ini.
Mengapa rokok tidak distop?
Masalahnya rokok belum diharamkan, selama boleh diproduksi masih punya hak dipasarkan. Ketika rokok masih dipasarkan, salah satu kakinya adalah promosi melalui iklan. Tugas Iklan menggiring persuasi orang, untuk beraksi dan mendekati serta membeli” Ujar RTM Masli  Dalam beriklan, sebaiknya rokok mempertimbangkan segmen media dipilih. Misalnya memilih jenis acara televisi, yang ditonton oleh pemirsa usia 18 tahun ke atas”.
-0o0-
Narasumber Muhammad Joni, dari Komnas Pengendalian Tembakau Bidang Hukum dan Advokat. Cukup tegas menyampaikan pemikirannya, tentang ketidaksetujuan terhadap penanyangan iklan rokok.
Menurut M Joni, iklan rokok adalah upaya membongkar akal sehat agar kita hidup tidak sehat. Penayangan iklan rokok adalah isue besar, karena iklan sebagai medium paling efektif untuk promosi.
Upaya melawan iklan rokok, adalah upaya masyarakat yang musti dibarengi regulasi pemerintah. Komisi 1 DPR tengah membahas RUU penyiaran, yang mengatur pelarangan iklan dan produksi rokok.
Suasana Ngobrol bareng Moza Pramita -dokpri
Faktanya.
Belanja iklan rokok terus meningkat, iklan rokok kretek menempati urutan ketiga tertinggi belanja iklan rokok di televisi. Dari 10 stasiun televisi, selama empat bulan bisa menaikkan iklan sampai 25 merek rokok 48 versi (penelitian Nina Mutmainnah, Ade Armando dan Hendriyani di UI tahun 2012)
Pemerintah musti melakukan tindakan progresif, rakyat pihak paling berhak mengawalnya. Karena undang undang dibuat atas aspirasi rakyat, fungsi DPR sebagai perumus keinginan rakyat.
Upaya rakyat bisa dilakukan secara masif, melalui twit, posting di medsos dan lain sebagainya tentang larangan penayangan iklan merokok. Sekecil apapun upaya kita, kalau dilakukan secara kolektif, kontinyu dan konsisten, bukan mustahil akan memberi dampak.

Saya membayangkan akan datang masa, kita semua berani dan lantang mengatakan “STOP IKLAN ROKOK”.-salam-

6 komentar:

  1. Dari jaman gua kerja di periklanan 5 tahun lalu udah kayak gitu tuh. Memang ga boleh nunjukkin rokok di dalam iklan, tapi iklan-iklannya justru jadi lebih berbahaya dan "beracun" karena sekarang rokok bukan ditampilkan sebagai rokok, tapi sebagai sebuah trend dan gaya hidup

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, namanya industri kreatif begitulah :)

      Hapus
  2. Yakin ngak sech kalo rokok di haramkan, bakal orang berhenti merokok ???

    BalasHapus
  3. Seharusnya pemerintah tegas ya melarang peredaran rokok. Para petani tembakau ngga akan kehilangan mata pencaharian ko kalau pabrik rokok tutup. Mereka masih bisa diberdayakan di bidang yang lain. Sebel banget sama perokok yang ngga tahu etika. Merokok sembarangan padahal di situ ada anak kecil atau di tempat umum yang banyak orang. Rasanya pengen jitak mereka aja deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, asal dilakukan secara bertahap :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA