Semarak umbul-umbul dan bendera merah putih, tersebar
diberbagai sudut komplek perumahan. Kaum muda hilir mudik, bahkan dari minggu
pertama bulan agustus. Anak usia belasan mendatangi setiap rumah, mendata
anak-anak untuk aneka lomba.
Persiapan Lomba Sepeda Hias -dokpri-
Sesuai kategori umur tersedia pilihan, ada lomba
makan kerupuk, balap karung, membawa kelereng di sendok, tarik tambang, main
bola, joget balon dan masih banyak lomba lainnya.
"Sepertinya, acara tujuhbelasan tahun ini bakal
meriah" celetuk seorang bapak penghuni perumahan.
Saya pribadi mengamini dan merasakan sendiri, suasana
tahun ini terasa beda dibanding sebelumnya. Ajakan bersih taman dan pasang
bendera, diberitahukan melalui selebaran.
Pantai Padi ini tak jauh dari Kota Pangkalpinang - dok kelas blogger
Siapa tak kenal kota Pangkalpinang ?
Saya pribadi mengenal sejak awal tahun 90-an, kebetulan ada
saudara jauh dinas di kota ini. Kala itu saya sekedar mengenal nama saja, sembari
membayangkan rupa dan bentuk dari cerita saudara. Tak dinyana tersurat takdir
jua, menjejakkan kaki bersama teman-teman Kelas Blogger.
Sungguh sebuah kejutan, ketika kesempatan itu datang menghampiri.
Saya berkesempatan meliput, ritual tahunan yang bernama Cheng Beng. Saya akan
manfaatkan waktu sebaik mungkin, menikmati udara, air dan tanah Pangkalpinang.
Sekilas saya mengamati beberapa arsitektur bangunan, batin ini
menyimpulkan ada pengaruh gaya Tiongkok. Setelah membaca beberapa literatur
terjawab juga, keberadaan Pangkalpinang tak bisa dipisahkan dari
pengaruh kekaisaran Tiongkok di Asia Timur.
Coba saja
perhatikan !
Bangunan Klenteng tersebar hampir di seluruh kota, dalam
ukuran besar atau kecil sesuai fungsi dan kegunaannya. Pendem China atau makam
orang tua Cina, Pemakaman Belanda, bangunan dengan arsitektur Cina, penataan
pemukiman yang dipisahkan, banyaknya gang sempit sebagai bukti keterikatan kuat
dengan Tiongkok.
Saat kunjungan ke Pangkalpinang, saya sempatkan
berjalan menikmati suasana kota. Saya kerap berpapasan dengan wajah oriental,
dengan kulit cerah dan bentuk mata sipit. Keberadaan etnis Thionghoa memang tak
bisa dipungkiri, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.
O'ya, Pangkalpinang disebut dalam literatur sekitar
abad 17 lho. Pangkal artinya Pusat
Distrik (Distric Capital), sementara Pinang adalah sejenis tumbuhan palm yang
multi fungsi banyak tumbuh di Bangka.
Mulanya Pangkalpinang adalah sebuah kampung kecil,
berupa pangkalan pengumpulan timah. Daerahnya berawa-rawa, dengan sungai-sungai
membelah. Sehingga dapat dilayari kapal dan perahu, perjalanan bisa membawa
sampai ke muara.
Tempat Ibadah ini tak jauh dari pusat kota Pangkalpinang -dokpri
Pangkalpinang Masa
Kini.
Saya merasakan denyut kota yang dinamis, perekonomian
masyarakat bertumbuh ditunjang letak strategis di lintas International.
Berbagai upaya dilakukan Pemerintah daerah, untuk mengangkat nama Pangkalpinang
agar lebih dikenal masyarakat luas.
Pariwisata menjadi sektor penting dan seksi, musti mendapat
perhatian khusus dari pihak terkait. Endingnya mengerucut pada satu tujuan, yaitu
kunjungan wisatawan domestik atau mancanegara. Bayangkan kawan's,
setiap pengunjung membutuhkan penginapan, kuliner,
souvenir dan masih banyak lainnya. Kebutuhan wisatawan ini adalah potensi,
mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat.
Awal April
2016
Kedatangan kami bukan tanpa rencana, Kelas Blogger ingin
menyaksikan langsung puncak Cheng Beng. Tradisi
unik sekaligus ritual tahunan, masyarakat Thionghwa khususnya
umat Khonghucu. Acara serupa sebenarnya diadakan beberapa daerah, namun lokasi
Pekuburan Sentosa yang membuat acara di Pangkalpinang begitu istimewa.
Ritual Cheng Beng atau sembahyang kubur, sebagai perwujudan sikap hormat
masyarakat Tionghwa pada leluhur. Mereka yang masih hidup masa sekarang, masih sangat
mencintai dan menghormati orang tua, kakek nenek, sampai buyut dan seterusnya. Sampai sampai terjadi tradisi pulang kampung,
layaknya hari besar umat muslim.
Areal Pekuburan Sentosa -dokpri
Seluruh anggota keluarga menyempatkan diri berkumpul, termasuk perantau
dari luar kota atau luar negeri.
Sehari sebelumnya acara Puncak, mulai diadakan pembersihan kuburan.
Rumput liar sekitar pemakaman dicabut, nisan dinding berbentuk setengah
lingkaran setinggi satu meter-an dicat ulang.
Pria usia tigapuluhan saya hampiri, terlihat sedang mengawasi tukang
yang sibuk mengecat. Pak Hadi nama lelaki berwajah bersih, sengaja pulang dari perantauan
untuk perayaan Cheng Beng.
"Ini bukti
penghormatan, rasa cinta dan sayang pada leluhur. Kami membangun makam sesuai
kemampuan, sebenarnya memang tak ada pakemnya.Kalau keluarga yang punya duit, bisa
saja membangun makam leluhur secara mewah"Jelas Hadi
Tentu tak hanya Pak Hadi, saya melihat banyak keluarga lain datang
dengan rombongan. Prosesi yang dilakukan serupa, yaitu membersihkan makam dan
mengecat ulang. Setelah makan terlihat cantik, baru diletakkan sesaji berupa panganan. Tak lupa ada tempat dupa dan lilin untuk membakar
dupa, sebagai sarana mendoakan arwah leluhurnya. Pada ujung pembersihan
pemakaman, diberi uang-uangan kertas plastik warna kuning merah.
Eit's tunggu
dulu !
Untuk panganan sesaji dan buah-buahan, keluarga selalu memilih
kualitas terbaik. Menurut cerita seorang tukang di makam, biasanya harga tak
menjadi soal asalkan berkualitas.
Keluarga sedang membersihkan makan -dokpri
Pekuburan
Cina Sentosa
Pekuburan Cina Sentosa atau atau Tjung Hoa Kung Mu
Yen, dibangun pada tahun 1953. Memiliki luas sekitar lebih dari 19 ha, sampai
saat kunjungan saya terdapat sekitar 12.950 makam.
Meski areal pemakaman, jangan bayangkan suasana
angker dan seram ya. Kuburan sentosa jauh dari image tersebut, karena tertata rapi
dan rutin dibersihkan. Jalanan sudah beraspal halus, kendaraan bisa masuk pekuburan
tanpa parkir terlalu jauh.
Makam tertua adalah makam keluarga Boen, pernah
dipugar pada tahun ke empat pemerintahan Sun Yat Sen sekitar tahun 1915. Makam
dibangun dalam bentuk dan arsitektur unik, dihiasi dengan tulisan aksara Cina.
Pemilihan tulisan, secara tidak langsung menunjukkan strata sosial yang dikebumikan.
Lokasi Pekuburan Sentosa berada di perbukitan, wujud
penghargaan dan penghormatan orang Cina terhadap leluhurnya. Pekuburan Sentosa sumbangan marga
Boen, bisa dilihat dari tugu pendiri dibangun pada 1935. Pekuburan ini
didirikan oleh empat orang, Yap Fo Sun tahun 1972, Chin A Heuw tahun 1950, Yap
Ten Thiam tahun 1944 dan Lim Sui Chian
(wafat pada masa penjajahan Jepang).
Pekuburan Sentosa di Pangkalpinang -dokpri
Komplek pemakaman ini terbesar se Asia Tenggara,
memiliki arsitektur berbeda di setiap makam. Ada makam yang dibangun dengan
batu granit, konon pembangunannya menghabiskan dana ratusan juta. Bahan
bangunan berkualitas tinggi sebagai komponen, batu marmer yang terpasang didatangkan khusus
dari Itali.
Ada Tapinya !
Tak hanya keturunan Thionghwa boleh dimakamkan
disini, buktinya saya menemui kuburan Katholik. Selain itu terdapat
dua makam muslim, berada diantara ribuan makam yang ada. Hal ini menggambarkan,
toleransi beragama masyarakat sedang berlangsung.
Tampak nisan salib diPekuburan Sentosa -dokpri
Puncak Cheng
Beng - Senin 4 April 2016
Pagi belum begitu sempurna, jetlag akibat perbedaan
waktu Jakarta- Pangkalpinang belum juga lenyap. Langit pangkalpinang masihlah
gelap, jarum pendek jam menunjuk angka 01.30 dini hari.
"Yuk kita berkemas" ajak seorang teman blogger
Dengan mata setengah terpejam, saya memaksakan diri mandi air
hangat. Shower di kamar mandi penginapan cukup manjur, mengurangi rasa pegal dan
penat di badan. Peralatan "tempur" berupa Kamera, Tripod, Action Cam,
Recording dan segala macam sudah disiapkan.
Mobil yang mengantar kami sudah siap, driver tak kalah sigap ikut
menginap di tempat yang sama. Sesuai jadwal di rundown, acara dimulai pukul
03.00 waktu setempat. Untung dari tempat menginap menuju Pekuburan, hanya perlu 20 menit waktu tempuh.
Mengingat ini pengalaman perdana, kami datang lebih cepat
mengantisipasi parkiran penuh. Satu hal lagi, kami tak ingin kehilangan moment puncak
Cheng Beng.
Saat roda empat tiba di gerbang tempat tujuan, suasana masih gelap
dan lengang. Mobil pengantar leluasa masuk, melintasi jalanan yang membelah
areal pemakaman. Meski di luar masih sepi, ternyata di pusat perayaan mulai ada
kesibukan. Paithin, adalah central perayaan Cheng Beng setiap tahun.
Lokasi perayaan Cheng Beng -dokpri
Paithin atau tempat sembahyang, tempat mengirim doa bagi leluhur
yang yakin makamnya ada di Pekuburan Sentosa namun tidak menemukan fisiknya.
Saya menyaksikan aneka persembahan tertata rapi, berada di areal
Paithin. Sesajian buah-buahan (Sam Kuo), dibentuk menyerupai gunungan. Satu
macam buah dibentuk satu gunungan, ada buah
jeruk, apel, pear dan nanas. Selain itu
ada juga bentuk gunungan dari panganan, seperti kue bolu kukus, apem, kue ketan
(wajik), bika ambon, kue cucur dan macam kue lainnya.
Ada juga lho dua binantang, yaitu Kambing dan Babi siap panggang.
Kedua binatang ini disembelih, dibersihkan bulunya dan ditusuk dengan kayu.
Satu sudut di pelataran Paithin, menjadi tempat berdoa umat
khonghucu yang datang. Membawa beberapa dupa dengan ujung dibakar, pangkal dupa
digenggam dan diletakkan di dekat jidat. Sekitar 5 menit berdoa
di satu titik, kemudian meletakkan satu dupa dan berpindah ke titik berikutnya.
Saya tak begitu heran, kalau aroma dupa terasa memenuhi udara.
Cheng Beng sendiri artinya bersih/ terang, terbersit harap arwah leluhur
ada di tempat terang. Bisa jadi prosesi meletakkan satu batang dupa, simbol
agar terang itu sampai alam baqa.
Panggung berdiri di sisi kanan pelataran, diisi dengan hiburan musik
Tanjidor. Alat musik tradisional ini, kerap saya lihat pada acara kesenian
Betawi. Bapak- bapak usia lima puluhan ke atas, sebagai pemain musik khas ini.
Pengunjung ada yang naik panggung, menyanyi lagu berbahasa Mandarin. Terus
terang saya masih asing judul lagunya, tapi mendengar nada dan lirik lumayan sedikit
familiar. Lagu Mandarin memang mendominasi, namun ada beberapa lagu lama
diperdengarkan seperti "Kolam Susu" milik Koes plus.
Pelepasan Lampion saat Cheng Beng -dokpri
Aneka Sesajian di siapkan di Paithin -dokpri
Langit Pekuburan Sentosa masih gelap, meski tak selegam
sebelumnya. Sekitar pukul 04.00 waktu setempat, dilakukan pelepasan lampion.
Lampion disediakan oleh panitia, siapapun dipersilakan menerbangkan ke udara.
Caranya cukup mudah, satu teman memegang plastik bagian atas. Satu
orang lainnya membakar gabus, pastikan mengeluarkan asap agar lampion bisa
terbang. Bagi orang Thionghwa, pelepasan lampion tidak sekedar pelepasan saja.
Tapi saat lampion hendak terbang, ada doa dan harapan dipanjatkan.
Di ufuk sang surya merekah,
Bapak Muhammad Irwansyah, Walikota Pangkalpinang tampak datang, disusul Bapak Rustam Efendi Gubernur Bangka Belitung. Dua petinggi duduk sebentar, kemudian berkeliling di
sekitar Pekuburan Sentosa. Tak lupa menyapa keluarga yang usai sembahyang,
sembari berbincang sebentar. Moment berharga bagi keluarga leluhur, dimanfaatkan untuk berfoto
bersama dengan Walikota dan Gubernur.
Walikota Pangkalpinang Muhammad Irwansyah beserta Gubernur Bangka Belitung Rustam Efendi, menghampiri keluarga yang selesai berdoa di makam leluhurnya -dokpri
Sesaat dikerumuni juru warta, secara khusus Pak Gubernur memberi
pernyataan pers.
"Besar harapan tradisi tahunan Cheng Beng, bisa menjadi magnet
wisata di Pangkalpinang. Seperti tradisi Cap Go Meh, yang sudah melekat di daerah Kalimantan"
Jelas Pak Gubernur.
Saya pribadi merasakan, tradisi Cheng Beng memiliki keunikan yang mengagumkan.
Selain sekedar adat istiadat, sebagai cara mengeratkan tali kekerabatan.
Tradisi mudik yang terjadi saat Cheng Beng, berpadu dengan daya tarik wisata
religi. Ketika keduanya menyatu, maka jumlah orang yang ada di Pangkalpinang
saat Cheng Beng meningkat. Akibatnya percepatan perputaran roda ekonomi
terjadi, masyarakat sekitar juga yang merasakan dampak positifnya.
Semoga ada kesempatan lagi ke Pangkalpinang, ingin menikmati
panorama dan lokasi wisata lainnya. -salam-
Saya yakin anda pernah mendengar MPR, atau
kepanjangan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR sudah saya ketahui sejak Sekolah
Dasar, saat menyimak pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) kala itu. -eh
jangan bayangin umur yak, please, hehe-
Namun terus terang, saya pribadi belum terlalu
mengenal secara dekat. Apalagi kalau belajar Bab MPR, biasanya banyak yang
harus dihapalkan. Baik tugas, wewenang, tanggung jawab dan masih banyak hal
lainnya.
Acara Netizen Gathering bersama MPR, menjadi moment
berharga bagi bloggers. Kembali mengenal lebih dekat dengan MPR, langsung dari
sumber yang kredibel dan di tempatnya langsung. Bertempat di lantai dua ruang delegasi
Nusantara V, diselenggarakan Netizen Ngobrol Bareng MPR.
Bapak Cahyo Ma'aruf selaku Sekjen MPR-RI, menjelaskan
dengan serius tapi santai. Setelah Pak Andy dari Sekretariat Jendral MPR-RI,
memberi prolog singkat.
Kawan's sebenarnya apa Visi MPR ?
MPR menjadi Rumah kebangsaan, Pengawal ideologi Pancasila
dan Kedaulatan Rakyat. Pada kalimat tersebut ada tiga Point, yaitu Rumah
Kebangsaan, kemudian Pengawal Ideologi Pancasila, terakhir adalah Kedaulatan
Rakyat.
Yuk kita ikuti satu persatu ulasannya :
1. MPR Menjadi
Rumah Kebangsaan
Bahwa MPR adalah representasi Majelis kebangsaan yang
menjalankan mandat konstitusional guna menjembatani berbagai arus perubahan
pemikiran aspirasi masyarakat dan daerah dengan mengedepankan etika politik
kebangsaan yang bertumpu pada nilai-nilai permusyawaratan perwakilan kekeluargaan
toleransi kebhinekaan dan gotong royong dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. MPR Sebagai
Pengawal Ideologi Pancasila
Memiliki makna bahwa MPR sebagai satu-satunya lembaga
negara pembentuk konstitusi (the making
constitution) adalah pengawal ideologi negara (the guardian state of ideology) Pancasila agar tetap hidup menjadi
bintang pemandu dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara dalam mewujudkan tujuan bernegara.
3. MPR sebagai
Pengawal Kedaulatan Rakyat
Memiliki makna bahwa MPR adalah lembaga negara
pelaksana kedaulatan rakyat yang memiliki wewenang tertinggi untuk mengubah dan
menetapkan Undang- Undang Dasar. Menjamin tegaknya kedaulatan rakyat dan
supremasi konstitusi dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kemasyarakatan sesuai
dengan dinamika aspirasi masyarakat dan daerah perkembangan politik dan
ketatanegaraan yang berdasarkan pada nilai nilai Pancasila.
Visi MPR -dokkpri-
Sudah seharusnya MPR lebih dikenal oleh masyarakat, terkait dengan fungsi, tugas dan kewenangan. Mungkin selama ini saya, anda atau sebagian besar masyarakat, hanya sekedar mengetahui tanpa mengenal.
Bahkan ada lho, yang masih salah menyebut MPR dengan Majelis Perwakilan Rakyat. Hal ini tentu menjadi introspkesi, sekaligus melakukan upaya pendekatan pada masyarakat.
Upaya MPR menggandeng netizen adalah sebuah langkah nyata, untuk menyosialisasikan MPR pada masyarakat luas.
Misi MPR -dokpri-
MPR terdiri dari 592, anggota DPR 560 dan anggota DPD
132 orang. Anggota MPR bukan bagian dari anggota DPR, tentu juga bukan bagian
dari anggota DPD. Harapan masyarakat sangat besar, untuk tercapai aspirasi dari
rakyat paling bawah.
Nah, kita lanjut dengan MISI MPR (secara garis
besarnya)
1. Melaksanakan wewenang dan tugas konstitusional
Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan ketentuan UUD NRI tahun 1945 dan
Peraturan Perundang-undangan dengan berlandaskan Azas Legalitas, azas
kekeluargaan, musyawarah dan gotong royong.
2. Melaksanakan revitalisasi nilai-nilai Pancasila,
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika serta ketetapan MPR dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Mengawal penataan sistem ketatanegaraan, Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan pelaksanaannya
4. Memperjuangkan aspirasi masyarakat dan daerah
tentang pelaksanaan UUD NRI tahun 1945 dalam setiap kebijaksanaan nasional.
5. Memperkokoh prinsip permusyawaratan kerukunan
nasional, persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indinesia berdasarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
6. Menegakkan etika kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan keamanan
7. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga negara
dalam melaksanakan wewenang dan tugas yang diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945
dalam rangka memenuhi hak kedaulatan rakyat untuk meningkatkan partisipasi dan
akses informasi kepada masyarakat
8. Mewujudkan harmonisasi hubungan antar lembaga
negara dalam melaksanakan wewenang dan tugas yang diamanatkan oleh UUD NRI
Tahun 1945
9. Memperkuat harmonisasi dalam hubungan diplomatik
antar parlemen dan antar negara sahabat dalam rangka mendukung pelaksanaan
politik luar negeri yang bebas dan aktif serta fungsi diplomasi parlemen.
Sudut dari gedung MPR -dokpri
Rasanya tak cukup mengenal MPR dalam waktu dua - tiga
jam, namun pertemuan siang ini sebagai penanda. MPR membuka diri, untuk lebih
dekat dengan netizen dan blogger. Kemudian kami penggiat media sosial,
meneruskan informasi kepada masyarakat. -salam-
Hay Guy's sudah taukah anda, acara RETRORUN - Run To
Give ?
Adalah acara lari anti mainstrem, dijamin lain dari
yang lain. Yup bisa dibilang anti mainstream, karena mengajak perserta lari ke
belakang. Sehingga Peserta dapat double impact, tak hanya diajak sehat tapi
juga fun.
Acara yang akan diadakan pada 18 September 2016, start dari areal FX Sudirman. Yang bikin acara
ini tambah keren, sebagian uang yang terkumpul dari acara ini akan didonasikan.
Jadi sudah sehat dan fun, ditambah ajakan untuk
mengasah kepedulian. Yuk jangan pakai mikir lama, segera daftarkan diri anda di
www.retrorun.co.id
Jangan lupa ajak teman, tetangga, sahabat, kerabat dan boleh lho dishare di medsos kalian. - salam sehat dan berbagi -