Saya percaya bahwa punya tetangga yang baik itu
rejeki. Pasalnya tetangga adalah orang yang dekat, setiap saat kita bertemu dan
berinteraksi. Saya suka sedih, kalau melihat orang tidak akur dengan tetangga.
Berbaik-baik dengan tetangga sebenarnya simpel,
cukup dengan senyum dan sapa agar tidak kaku. Sesekali berbagi makanan, atau
kalau bepergian jangan lupa dibawakan oleh-oleh. Saya merasa bersyukur dan
beruntung, dianugerahi tetangga yang guyub dan menyenangkan.
Kebaikan tetangga tampak dari awal kami pindah,
sedang bersih-bersih rumah setelah serah terima dengan pemilik lama. Tiba-tiba
ART tetangga rumah depan datang, membawa nampan di atasnya berjajar tiga mug
berisi teh hangat. Nyeeeees di benak ini.
Kebaikan berbalas, ketika di rumah sedang banyak
stock buah-buahan. Istri membagi-bagikan untuk tetangga kana- kiri. Keesokan
hari, anak dari salah satu tetangga dangan mengantarkan makanan.
Pun ketika ada tetangga yang terpapar virus Covid-19, kami tak mau tinggal diam. Mengirim bahan makanan untuk beberapa hari ke depan, sebagai bentuk perhatian dan empati. Kami mengirim beberapa kali, mengingat masa isolasi mandiri nyaris satu bulann.
Berbagi Itu Melembutkan Hati
Teman-teman, makanan yang kami (sesama tetangga) antar tidak selalu makanan bergengsi dan mahal. Seperti beef teriyaki atau chicken teriyaki, ikan gurame atau kakap di sambal bumbu bali. Pernah semangkok mie ayam atau dimsum, sepiring nasi goreng dengan telor ceplok atau beberapa potong bakpao hangat.
Saya ketika anak minta dibelikan makanan burger, maka
sekalian membeli dua atau tiga untuk anak tetangga. Taua kalau balik dari pulang
kampung, membawakan makanan khas seperti rengginang, ketan uli, rangin atau
sambal kacang.
Dari sisi harga bisa diperkirakan nilainya, tidak
terlalu mahal tapi sudah pantas. Tetapi saya merasakan dampaknya, betapa tempak
kebahagiaan di paras tetangga. Dengan menerima buah tangan, dan si pemberi tak merasa
diberatkan membeli barang mahal.
Pemberian yang ketulusan atau tanpa pamrih, akan terasa di hati penerimanya. Bisa teridentifikasi melalui bahasa tubuh, atau melalui ucapan tak mengenakkan dari si pemberi. Kebiasaan saling memberi sangat baik, maka jangan sungkan untuk diteruskan.
Kebaikan yang dilanggengkan akan melembutkan
hati. Dan percayalah, semesta punya cara
untuk membalas insan yang menjalankan kebaikan. Ya, berbagi itu melembutkan
hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA