21 Agu 2017

‘TOP Generation Challenge’ Upaya TOP Coffe Mendorong Generasi Muda Berani Berwirausaha

Ngopi di pagi hari -dokpri



Pagi belum terlalu sempurna, saya sudah bangun karena mengejar jadwal first flight tujuan Jogjakarta. Sesuai rundown dari panitia, Blogger kumpul di Bandara pukul 04.00 Wib.
Berarti, saya musti berangkat dari rumah di Tangsel dua jam ke belakang. Yup, saya bangun jam satu, untuk mandi dan siap-siap, kemudian berangkat jam dua dini hari.



Ngantuk dong, itulah resiko bangun terlalu pagi. Tenang, ada kopi sebagai solusi jitu. Kebetulan istri selalu sedia TOP Coffe di lemari dapur, cukup diseduh dengan air panas, diminum hangat-hangat, rasa kantuk seketika hilang.

Oke, satu masalah teratasi. Terus bagaimana dengan kendaraan ke Bandara. Saya punya pengalaman kurang mengenakkan, dengan taxi konvensional.

Kala itu, saya pernah pesan taxi (by phone) sehari sebelum keberangkatan, untuk jam sebelum subuh ke Bandara. Operator menjawab, satu jam sebelum berangkat akan dikabari ketersediaan armada. Bayangkan, jawaban petugas terkesan tidak memberi kepastian.

Pada hari H, kekhawatiran saya terjadi. Armada taxi kosong, saya tidak dapat taxi dan ngomel-ngomel pagi itu. Semarah apapun, hanya dibalas permintaan maaf dan tidak memberi solusi.

Sekarang sangat jauh berbeda, era digital menjawab permasalahan saya dan masyarakat pada umumnya.
Pagi itu, saya membuka aplikasi order taxi online. Hanya dalam hitungan menit, order taxi langsung direspon oleh driver. Alhasil, saya tidak perlu pesan taxi jauh hari (sehari sebelumnya), dan tidak perlu kawatir kehabisan armada.

Kehadiran Startup, benar-benar menjawab kebutuhan jaman. Keseharian manusia di era digital, tidak bisa dilepaskan dari peran teknologi.
Mau bepergian, tinggal pesan ojek atau taxi online (seperti saya pagi itu), mau pesan makanan bisa via aplikasi, perlu tiket kereta atau pesawat tinggal buka smartphone.

Pergeseran tengah terjadi, bahkan transaksi perbankan dan keuangan, industri logistik, media massa, pola komunikasi, semua bisa diakses dari layar smartphone.

Pemerintah tidak tinggal diam, melalui Kominfo mencanangkan "Gerakan Indonesia Seribu Startup," sebuah gerakan, untuk merespon kebutuhan masyarakat akan teknologi.
Sementara dari Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf, support kegiatan berafiliasi dengan teknologi, melalui sektor aplikasi digital dan games.

TOP Coffekopinya orang Indonesia produksi Wings Food, secara cermat menangkap moment. Bekerjasama dengan Bekraf, membuka event keren bin ketjeh "TOP Generation Challenge."
-0o0-

Peluncuran 'TOP Generation Challenge' -dokumentasi pribadi




Sembari menunggu taxi online, saya menikmati TOP Coffe buatan istri. Kebetulan, istri memilihkan saya TOP Coffe kopi susu. Aromanya yang harum, membuat sel sel otak berpendar, layaknya sebuah aromatherapy.

Tak sampai sepuluh menit, taxi ditunggu datang juga. Setelah pamitan, saya masuk dan duduk di Jok tengah, memilih kursi bagian kiri belakang driver. Posisi kami serong, kalau bapak driver mengajak ngobrol, tinggal menengok kiri sedikit,

"Bandara Soekarno Hatta kan Pak" Driver memastikan tujuan saya,
"Benar, biar cepat, lewat Tol Ulu Jami saja Pak"

Roda mobil bergerak perlahan, saya melempengkan badan bermaksud hendak tidur. Tapi efek ngopi sangat dahsyat, kelopak meta enggan terkatup. Sepagi ini, belum terlalu mood membuka obrolan dengan driver.
Dua bola mata ini memadang keluar, mengamati jalanan yang masih gelap. Cahaya lampu jalanan, seolah berjalan, membawa pikiran mengembara kemana suka.

Mungkin, pengaruh menikmati secangkir TOP Coffe sebelum berangkat. Benak ini teringat, saat menghadiri acara launching 'TOP Generation Challenge."
Sebuah acara keren yang diadakan pada pertengahan Agustus, di kawasan Jakarta Pusat. Menghadirkan lima narasumber berkompeten, memberi pencerahkan tentang program ‘TOP Generation Challenge’.

Apa itu Top Generation Challenge ?
Adalah Program inisiatif TOP Coffe, dengan tujuan membantu dan mendorong generasi muda untuk menciptakan inovasi memanfaatkan perkembangan digital dan membangun usaha rintisan secara kreatif.

Fajar Hutomo, selaku Deputi Akses Permodalan Bekraf menjelaskan,“Kontribusi Ekonomi kreatif terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional sebanyak 750 – 800 triliun setiap tahun. Hal ini juga dapat memperluas lapangan pekerjaan di tanah air, untuk mendorong pertumbuhan startup, pemerintah memberi bantuan berupa mentoring dan pembinaan intensif

Taxi berjalan dengan kecepatan standart, saya membetulkan posisi duduk. Sekilas cahaya lampu jalan, menyapu sepatu yang saya pakai.
Sepatu warna hitam buatan pengrajin lokal, saya beli langsung dari Magetan Jawa Timur-- waktu pulang kampung. Sepatu, termasuk produk kreatif anak negeri.

Belum lagi, gasper, jaket yang saya kenakan dan tas ransel yang saya bawa, semua adalah hasil dari kreatifitas.
Saya mengurut produk kreatif lainnya, seperti perhiasan (gelang, cincin, kalung), tas jinjing, accesoris, topi dan lain sebagainya.

Masih ada lagi, meja kursi, pembatas ruangan, tudung saji, tempat tisu, tatakan gelas, tempat sampah. Bahkan gadget atau smartphone, lengkap dengan aplikasi di dalamnya. Tak bisa kita pungkiri, semua adalah produk hasil kreasi manusia.
Produk kreatif -dokpri

Produk kreatif -dokpri
Hampir  semua aspek kehidupan ada sentuhan kreatif, masalahnya siapa produsennya atau belinya dari mana. Fenomena usaha rintisan atau startup, tidak bisa diabaikan begitu saja. Bekraf ingin membangun ekosistem yang friendly, sekaligus mensupport terhadap perkembangan dan pengembangan startup di Indonesia. Kondisinya memang masih belum sempurna, tapi gairahnya sudah dirasakan saat ini, ” Tambah Fajar Hutomo.

Sesuai misi Bekraf untuk memberdayakan startup lokal, kegiatan pendukung seperti ‘TOP Generation Challenge’ musti diperbanyak.


-0o0-
Bicara tentang era digital, pasti tidak asing dengan nama KASKUS, sebagai komunitas daring terbesar di Indonesia. Nama KASKUS, tak bisa dilepaskan dari foundernya yaitu Andrew Darwis.

Andre Darwis, hadir dalam acara launching TOP Generation Challenge. Berkisah, bagaimana dulu belia babat alas mengenalkan internet ke masyarakat.
KASKUS berdiri pada tahun 1999, saat internet belum booming dan masih mahal, sehingga internet  murni untuk mencari informasi semata,” Ujar Andrew Darwis.


Sekarang, internet bukan barang mahal. Provider berlomba-lomba, memberi penawaran paket ekonomis dan terjangkau. Saya pribadi, termasuk pemakai dan penikmat paket internet hemat, selain kuota juga paket telepon hemat-- hehehe.


Tidak hanya biaya yang murah, perangkat untuk mengakses internet, juga sangat mudah. Tak perlu lagi menggunakan desktop, cukup melalui laptop atau  handphone.
Pada tahun 2008 mulai muncul stratup puncaknya pada 2011, seiring perjalanan waktu yang tidak expert otomatis tumbang. Namun orang jadi banyak belajar, sehingga  startup yang muncul sekarang adalah yang berkualitas,” tambah Andrew Darwis
Foto dari orisinal.id
*Ting, sebuah pesan masuk, membuyarkan lamunan
"Sudah otw nih, yang lain posisi di mana"
"Gue sudah di Tol Semanggi"
"Jangan lupa ya, ntar kumpul di dekat musholla"
Chatt di WA Group, bersahut-sahutan, mengabarkan keberadaan masing-masing anggota.
"Bentar lagi masuk Tol Pondok Aren" balas saya.

Sepagi ini, jalanan masih lancar. Sesuai perhitungan, masih cukup waktu tiba Bandara, sebelum jam disepakati. Setelah muncul sebentar di WAG, saya tergelitik membuka web Kaskus.

Mengapa KASKUS bisa bertahan ?
KASKUS konsisten terhadap product, tidak mau ketinggalan jaman alias selalu berinovasi. Sehingga memiliki user loyal.

Mulailah membuat produk dari yang disuka, sehingga setiap mengerjakan tidak seperti kerja tapi seperti melakukan hoby,” tegas Andrew Darwis
 "Anak muda adalah penggenggam ide dan kreatifitas, tapi kalau berhenti pada ide saja tidak akan ada apa apanya. Memulai dan terus mencoba adalah kata kunci. Kalau tidak segera dimulai dan dicoba, ide tidak akan jalan dan tidak teruji."
"Manfaatkan kesempatan yang ada, seperti Top Generation challenge,” tambah Andrew Darwis.

-0o0-
Jatuh bangun dalam membangun brand, juga dialami Niluh Putu Ary Pertami Djelantik atau lebih dikenal dengan Niluh Djelantik.
Brand Niluh lahir pada tahun 2003, kemudian melakukan rebranding menjadi Ni Luh Djelantik pada januari 2008.

Dua nama tangguh, Niluh Djelantik dan Andrew Darwis, didapuk oleh TOP Coffe sebagai mentor dalam "TOP Generation Challenge."

foto dari balebong.id
Nilai lokal menjadi kekuatan Niluh Djelantik, sesuai filosofi awal setiap apa yang dilakukan harus dimulai dengan pondasi yang kuat. Niluh hadir dengan impian sederhana, ingin membuat sepatu yang pas tapi harus dibuat oleh anak indonesia dengan bahan indonesia dan serba indonesia. Nilai-nilai lokal ini yang menjadi tantangan, untuk disampaikan ke dunia bahwa ada hasil karya anak bangsa yang bisa dibanggakan,”Jelas Niluh Djelantik pada acara launching ‘TOP Generation Challenge’.

Mengapa Niluh Djelantik bisa bertahan?
Konsistensi dan menempatkan customer service sebagai hal yang sangat penting – mirip dengan prisip KASKUS ya guy’s.
Sikap diterapkan Niluh membawa dampak luar biasa, pembelian konsumen dilakukan secara sustainable. Seorang  ibu yang konsumen Niluh, menularkan memakai produk Niluh kepada anaknya dan seterusnya.
-0o0-
Press Conference TOP Generation Challenge -dokpri

Mengapa TOP Coffe membuat TOP Generation Challenge?
250 juta penduduk dan 170 juta adalah anak muda, artinya 68 % anak muda menjadi potensi untuk dimaksimalkan. TOP Kopi  membuat TOP Generation Challengem untuk  menantang anak muda dengan ide atau yang sudah punya usaha kurang dari satu tahun”, jelas Edward Christian Djaya, selaku Product Manager Top Coffe.

TOP Generation Challenge dibagi dua kategori ;
Pre-startup ;  yaitu ide usaha rintisan yang telah memliki perencanaan usaha dan sedang mencari pasar.
Startup ; adalah usaha rintisan tahap awal yang baru berjalan dan masih dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan produk atau layanan untuk membangun pasar.

Peserta ; WNI, usia 18 – 35 tahun

Periode TOP Generation Challenge
16 Agustus – 10 Desember 2017 ; Pendaftaran
11 – 15 Desember 2017 ; Penyaringan Proposal
16  Desember 2017 ; Pengumuman 10 finalis
21 – 23 Desember 2017 ; Kunjungan finalis ke KASKUS dan Kompas TV, Grand Final & Demo Day, Pengumuman Pemenang.

Hadiah ; Uang tunai dengan total 450 juta, -- wow banyak banget !!

Eit’s, ada juga TOP Generation Workshop lho. Program ini akan roadshow, mulai dari Jakarta bulan September, Medan bulan Oktober, Surabaya November, Jogjajarta  bulan November, Bandung bulan Desember dan Final di Jakarta pada bulan Desember.
Mengapa sih harus ikut TOP Generation Challenge ?
Ajang Promosi ;  Kesempatan memperkenalkan Startup atau ide bisnis di acara bergengsi
Pendanaan Startup ; Total hadiah Rp. 450.000.000,-
Juri Berkompeten ; Proposal bisnis akan diseleksi Tim Akademisi FE Unika Atma jaya. Saat Grand Final proposal dinilai langsung pelaku startup berpengalaman.
Networking ; membangun jaringan professional dengan sesama pelaku bisnis startup.

Bagaimana Cara ikut ?
Download dulu templete proposal kemudian isi dan submit ke www.topgeneration.id
website TOP Generation Challenge - dokpri
Bagaimana sih proposal yang qualified di TOP Generation Challenge ?

Andreas selaku salah satu Juri dari Unika Atma Jaya, memberi bocoran,
Sebuah proposal bisa dilihat visible atau tidak, apakah kalau dibuat akan punya pasar atau tidak. Berbisnis memang mencari profit, observasi awal sangat penting dalam bisnis plan. Startup adalah problem solver, kalau startup tidak menyelesaikan masalah tidak akan punya market. Contoh paling simple adalah gojek, kalau Jakarta tidak macet maka gojek tidak ada yang download.”

Mekanisme penyaringan proposal, diusahakan seobyektif mungkin. Akan dilakukan review, dengan pendekatan substansi proposal.
Proposal dibaca beberapa orang yang expert di bidangnya, punya basic cukup bisa menangkap substansi, memprediksi seberapa layak proposal disulap sebagai usaha rintisan.

Sembilan dari sepuluh startup yang dibina akan "dead", jadi optimis rate hanya 10 %. Ini yang akan dibangun Bekraf, melalui perbankan, dana masyarakat, pasar modal dan sebagainya. Di sepanjang teori startup, makin membentuk passion akan menarik investor di situ akan  tetap difasilitasi Bekraf dengan mempertemukan pengusaha startup dengan investor,” tambah Fajar Hutomo.
-0o0-
Ki-Ka ; Edward Christian Djaya, Fajar Hutomo, Niluh Djelantik, Andrew Darwis, Andreas - dokumentasi pribadi
"Terminal 2 F, sudah sampai Pak"
"Sudah sampai ya Pak" Saya terhenyak, baru sadar kalau sampai tujuan.

Jarum jam, menunjukkan pukul 03.45 Wib. Perhitungan waktu yang tepat, saya datang tidak terlambat.
"Terimakasih, Saya bayar pakai Go-Pay ya Pak"
"Baik, sama sama, hati-hati Pak"Balas driver"

Kurang praktis apa coba, pembayaranpun sekarang bisa melalui aplikasi. Tidak perlu repot membawa uang cash, si driver tidak perlu ribet harus mencari uang kembalian. 

Kita pasti sepakat, masalah bangsa ini tidak mungkin diatasi sendiri oleh Pemerintah. Diperlukan peran serta swasta untuk turun tangan, seperti dilakukan dari Wings dalam "TOP Generation Challenge." - Salam Sukses-

2 komentar:

  1. waaa udah telat ya periode masukkin aplikasinya. skrg lagi penilaian nih, siapa yg bakal dapetin 450 jeti. alamaaaakk! duit sebanyak ituuu mau dikemanain yakkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. reward buat pengembangan startup mbak :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA