9 Mei 2015

Cita Rasa Menu Thailand Ada di Thai Alley


 
Thai Alley di Gandari City (dokpri)

Kemenangan pada blogcomp kerjasama Kompasiana dengan Thai Alley,  saya persembahkan sepenuhnya untuk belahan jiwa. Istrilah yang urun campur menggali ide, termasuk bersedia praktek memasak Tom Yum. 

Meskipun belum menjejak di negri gajah putih, namun makanan khas ini sudah tidak asing. Bumbu Tom Yum yang tersedia di pasaran, mempermudah lidah mencicipi kuliner terkenal ini. Namun hati kecil ini tetap berkeyakinan, cita rasa sesungguhnya pasti lebih lezat.


Ibarat sebuah pepatah "Pucuk dicinta ulampun tiba", kesempatan emas itu datang tanpa dinyana. Bertepatan dengan hari jadi yang ke 3, beruntung menjadi tamu VIP di Thai Alley Gandaria City.

Dengan beberapa pertimbangan memilih saat lunch, mengajak serta istri dan anak kedua. Saya sudah diwanti wanti datang tepat waktu, agar pemesanan menu dan santap siang pas waktunya. 
Sepuluh menit lebih cepat saya dan istri tiba, dipersilakan menempati meja yang sudah dipersiapkan. Mas dengan seragam khas, menyerahkan buku menu, kami dipersilakan memilih pesanan. 

Sekitar lima belas menit pelayan kembali ke meja, menjelaskan menu yang asing bagi kami, sekaligus membawa kertas pesanan.
Suasana Thai Alley Gandaria City (dokpri)
Suasana restaurant Thai Alley terasa unik, gambar karikatur gajah memenuhi dinding. Pembatas ruangan terbuat dari gebyok (papan), dengan dua daun pintu khas rumah tradisional. 
Cat yang melapisi gebyok, meja, kursi dipulas tipis tidak rata, warnanya dominan hijau, biru dan merah. Saya mengamati sambil membatin, bisa jadi diadop suasana asli di Thailand.

Jarum jam panjang dan pendek nyaris berhimpitan, mendekat tepat diangka duabelas, suasana retaurant bertambah ramai. 
Pesanan mulai berdatangan satu persatu, memenuhi meja tamu undangan. Saya dan istri sudah memesan dari awal, siap segera menikmati dan menuntaskan rasa penasaran.
Sup Tom Yum yang asam dan segar (dokpri)
Satu menu tak boleh ketinggalan dipesan, adalah Sup Tom Yum racikan ahlinya. Ketika satu mangkuk besar dihidangkan, tak sabar ingin mengecap nikmatnya. 
Prasangka kami tak meleset, menu terkenal ini rasanya asam dan segar. Udang besar sangat kentara, mencuat ditengah kuah warna oranye tua. Jamur bulat menyembul, seketika membangkitkan selera makan. 

Bumbu Tom Yum dipotong memanjang, bercampur irisan daun bumbu yang menarik. Rasanya sayang bila tidak dihabiskan, kuah Tom Yum saya sruput tak bersisa. Maka ketika mangkok diambil pelayan, hanya menyisakan potongan bumbu.
Phad Thai (dokpri)
Pesanan kedua dan sering terdengar, adalah Phad Thai saya menganggap mie ala Thailand. semula rasanya kurang pas dilidah saya, mie dan potongan tahu berbaur agak basah. 
Bumbunya terasa sangat berani, mungkin saya type punyuka bumbu standart. Untung dipinggir piring terdapat tauge, bersanding isi cabe, kacang deplok sedikit kasar dan jeruk nipis. 

Saya mengira fungsinya seperti acar (irisan timun,cabe,air), sehingga rasanya cukup terselamatkan. Akhirnya Phad Thai habis kami lahap, tak ada yang tersisa di piring saji.

Pesanan berikutnya Pad Prik Pow Talay, isinya seafood seperti udang, cumi, ikan laut. Aneka potongan seafood dipadu irisan mangga dan irisan bawang bombai. 
Menu ini mendadak menjadi favorit, semua yang diatas piring saji ludes, irisan bawang bombai tak bersisa. Kuah kental seperti bercampur tepung maizena, menyatu dengan tumisan seafood. Porsi yang dihidangkan sangat pas, tak berlebihan juga tidak terlalu sedikit.

Pesanan masih berlanjut Ghai Hor Bai Toey, potongan kecil ayam bakar dibungkus daun pandan. Bumbu terasa meresap dalam daging, tekstur daging berubah lembut. 
Alhasil sangat gampang terurai, bahkan ketika dicuthik dengan ujung sendok. Satu porsi isinya tiga potong ayam, pas buat kami bertiga masing masing satu.
Gai Yang (dokpri)
"Gai Yang" berupa irisan ayam dibakar, dimarinate dengan jeruk nipis. Bumbu juga sangat medhok, kulit ayam yang mengelupas menempel bumbu khas. Ada sedikit pedas seperti rasa blackpepper, menempel dilidah setelah selesai menyantap.
Man Cham sebagai desert (dokpri)
Satu makanan dari bahan tak asing Man Cham,  singkong kukus dan sangat lembut. Pada bagian atas ditimpa sauce santan kental, sensasi sedikit asin plus gurih di lidah. Satu piring sajian Man Cham, menjadi menu desert diakhir hidangan.
 
Green Tea Latte (dokpri)



Untuk minuman kami memesan Rayong, berisi buah peach yang segar. Minuman Samui untuk anak kami, berisi potongan melon, jeruk, leci ditambah sirup
Green Tea Latte Hot atau teh hijau dengan campuran susu, berfungsi untuk menguangi rasa sepat teh. Kemudian Krabi atau minuman dingin dengan rasa sereh, terdapat sensasi hangat karena terdapat campuran jahe.
******
Ada mekanisme bagi tamu di meja VIP, semua makanan hanya sekali pesan di awal. Semua pemesanan free alias gratis, hanya satu syaratnya harus dihabiskan. 
Apabila pesanan ternyata masih bersisa, terpaksa dikenakan charge. Aturan main ini relatif fair untuk semua pihak, agar setiap tamu menakar kapasitas lambung. (top agree)

Selama berlangsung Eat For Free at Thai Alley, diinformasikan agar share ke medsos instagram atau twitter. 
Saya kebetulan mention ke akun Thai Alley, melalui dua media sosial tersebut. Pihak Thai Alley menghadiahi kami, berupa dua voucher tambahan masing masig senilai 5o ribu.

Sungguh pengalaman lunch yang mengesankan, Thai Alley berhasil menghadirkan suasana unik, pelayanan ramah serta kaya variasi makanan. Rasa penasaran dengan menu Thailand  terpuaskan, kalau ada kesempatan ingin rasanya kembali lagi.

Pada ujung tulisan tak lupa saya ucapkan, banyak terimakasih dan selamat ulang tahun ke tiga. Semoga Thai Alley sukses selalu, serta mendapat tempat di hati penikmat kuliner. (salam)

2 komentar:

  1. Saya pecinta rasa tom yam.ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Tanti Amelia apa kabar
      tom yum rasanya asem pedas segar heheee
      trimakasih sudah berkunjung
      salam :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA