metakompor.blogspot |
Siapa tak tergoda, siang hari saat sedang terik-teriknya, disuguhi soup
buah segar di sajikan dalam mangkok bening bermotif daun.
Warna-warni potongan buah menarik hati, daging buah melon berbentuk
bulat kelereng, bertumpuk potongan buah naga, daging buah pepaya dengan bulatan
serupa.
Masih ada lagi, irisan tipis buah pisang, dipadu kerokan alpukat warna
kuning berlapis hijau, serutan tipis daging kelapa muda, potongan dadu buah
nangka.
Warna- warni irisan buah semakin menggoda, diatasnya ada serutan es
batu, disiram syrup warna merah nyala, kemudian ditutup lelehan creamer kental
manis.
Tidak berlebihan, secara reflek tangan mengambil, tenggorokan
kerontang tak tahan menikmati sesendok demi sesendok.
Setiap suapan soup buah, citarasa potongan buah campur sirup, es batu
serut dan kental manis terasa menempel di lidah dan membebaskan dahaga.
Dan, keesokkan hari, pengin membeli lagi dan lagi, saking tergiur
manisnya sirup, kental manis dan potongan buah.
Enak sih, tapi sehat ga ya ?
Dulu, saya penggemar berat segala jenis asupan manis. Ketemu tukang
soup buah, es campur, bubur kacang hijau, cendol, tak segan mampir.
Saking gemarnya, saya
bela-belain menyetok sendiri beberapa jenis buah, plus syrup dan kental manis
disimpan di kulkas kost-an.
Sewaktu-waktu pengin tinggal bikin sendiri, tak peduli siang, sore
atau malam, terbuka akses untuk menikmati asupan manis.
Lalau Ramadhan tiba, berbuka puasa dengan minuman manis dan segar, selesai
maghrib nambah kolak dan makan besar, selesai taraweh dilanjut lagi.
Ngabuburit selalu repot memikirkan takjil, sore ini soup buah, besok es teller, lusa es kelapa muda, lusanya
lagi kolak begitu seterusnya--perhatikan, semua ada unsur manis.
Alhasil, mendekati lebaran pipi semakin tembem, tubuh makin subur bobot
tubuh naik drastis, angka jarum timbangan menjauh dari kata ideal.
Lazimnya, segala yang enak-enak dampaknya tidak selalu enak, segala hal
yang memanjakan, berujung pada celaka.
Dalam agama selalu diajarkan, agar tidak melakukan sesuatu secara
berlebihan, termasuk dalam mengonsumsi makanan manis (atau apapun)
-0oo0-
Belakangan, saya cukup aktif mengikuti vlog di channel presenter
senior Dewi Hughes. Presenter terkenal dengan tubuh tambunnya, berhasil
menurunkan berat badan cukup banyak.
Saat menulis artikel ini, bobot
Dewi Hughes berada pada angka 59 kg,
menyusut separuh lebih dari berat semulai 151 kg – luar biasa kan.
Rahasia keberhasilan luar biasa dibagikan, satu diantaranya adalah rajin
mengonsumsi real food (ingat ya, REAL FOOD).
Ya. makanan sejati, makanan yang tidak dicampur ini dan itu, dan buah (saja)
termasuk dalam kategori real food.
Real Food - dokpri |
Apa itu Real Food ?
Adalah makanan yang tumbuh dari bumi, disinari matahari, disirami air
dan diolah alam. Buah yang matang di
pohon, itulah real food dan tidak perlu
diolah lagi dan lagi.
Manis dari saripati pepaya, mangga, melon, nanas, jambu, semangka,
jeruk, pisang dan buah buahan lainnya, sebenarnya lebih dari cukup.
Sejatinya tidak perlu buah-buahan dipotong, untuk kemudian dicampur
syrup atau lelehan susu kental manis.
Buah buahan tidak perlu diblender, dicampur pemanis buatan, yang
justru akan merusak manis sejati hadiah dari alam.
Meresapi pemaparan Hughes, salah satu faktor pemicu kegemukan saya, adalah
menggunakan cara yang salah dalam konsumsi buah.
Kegemaran soup buah, es teller, kelapa muda campur syrup dan minuman
manis sejenisnya membuat tubuh ini mengembang.
Uniknya manusia, baru sadar setelah ditimpakan satu kejadian. Satu
malam saya tidak bisa bangkit dari ranjang, badan ini kesakitan ketika
digerakkan.
Keesokkan hari periksa ke dokter, hasil diagnosa adalah saya
berpotensi terkena beberapa penyakit, satu diantaranya pelemakan hati.
Sejak saat itu, saya berusaha keras untuk move on, demi anak dan istri
yang masih butuh kehadiran si kepala keluarga.
Saya mulai rutin mengonsumsi buah, yang sangat mudah bisa dibeli di
berbagai tempat dengan harga sangat terjangkau.
Pisang menjadi buah favorit, karena ketersediaan sepanjang waktu tidak
terikat musim, kemudian pepaya, mangga atau buah yang ada sesuai musim.
Setelah berat badan dirasa stabil, kondisi tubuh mulai membaik, saya
mulai mengonsumsi asupan lain secukupnya (alias tidak berlebihan).
Terhitung sejak pertengahan 2016, saya rajin konsumsi buah, dibarengi mengurangi
konsumsi gula, karbohidrat, tepung, menghindari gorengan dan rutin gerak badan.
Dua atau tiga tahun terakhir, pipi chubby mulai lenyap, perut buncit
kian rata, pusing dan masuk angin sangat jarang saya rasakan.
pepaya dan pisang itu favorit saya, karena murah dan gampang mencarinya
BalasHapusbuah yang mudah didapat dan murah
Hapus