6 Apr 2016

Pesona Cheng Beng di Pangkalpinang


Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Thionghwa, khusus umat Khonghucu. Ritual Cheng Beng di Pangkalpinang dilaksanakan di pekuburan Sentosa, adalah kerjasama antara pemerintah kota dan Yayasan Sentosa.
Pelepasan Aneka Lampion oleh masyarakat saat acara Ceng Beng di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang (dokumen pribadi)

Ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur, adalah upacara perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya. Pada moment ini tradisi pulang kampung terjadi, seluruh keluarga berkumpul di Pangkalpinang.
Kami dari Kelas Blogger, berkesempatan hadir pada acara Ceng Beng tahun ini. sehari sebelum puncak (4/april'16), mulai tampak kesibukan di pekuburan Sentosa. Anggota keluarga mulai membersihkan kuburan, kemudian menyiapkan sesaji berupa buah-buahan dan kue. Tak lupa membakar dupa, yang diletakkan di sekitar makam leluhur. Ceng Beng sendiri artinya bersih/ terang, besar harapan leluhur berada di tempat yang terang.
Hadi yang saat itu kami hampiri, bercerita tentang tradisi tahunan ini. Lelaki usia tigapuluhan ini, sengaja pulang dari tanah rantau untuk perayaan Ceng Beng. Bersama satu tukang, makam leluhur sedang dicat ulang dengan warna merah. Rumput dan tanaman liar dicabut, agar makan tampil semakin cantik. Pada ujung pembersihan, diberi uang-uangan dari kertas plastik warna kuning merah.
"ini bukti cinta dan sayang pada leluhur kami. kalau untuk membangun makam, tak ada pakemnya, tergantung yang duitnya banyak bisa mewah" Jelas Hadi
Tak hanya Hadi, banyak keluarga lain datang dengan rombongan. Melakukan prosesi yang sama, membersihkan makam membawa sesaji dan mendoakan arwah leluhurnya.
Puncak cengbeng di area pekuburan Sentosa sendiri, dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 4 April'16. Kami mendapat rundown acara, sebelum keberangkatan ke Pangkalpinang. Mulai setengah satu dini hari, sudah menuju lokasi pekuburan sentosa. Sesuai jadwal yang kami terima, jam 03.00 waktu setempat acara dimulai. Sengaja datang lebih awal, mengantisipasi kemacetan akibat parkir. Sekaligus ingin mengambil moment, pada puncak acara berupa pelepasan lampion dan kembang api. 
Paithin atau tempat ibadah, dipenuhi aneka persembahan bagi leluhur (dokpri)
Tampak kesibukan di Paithin, atau tempat sembahyang/ mengirim doa bagi leluhur yang yakin makamnya ada di Pekuburan Senotsa namun tidak menemukan fisiknya. Persembahan sesajian berupa buah-buahan (Sam Kuo) ditata berbentuk gunungan, mulai dari buah jeruk, apel, pear dan nanas.  Selain buah terdapat Kambing dan Babi, berada di tengah siap dipanggang. Aneka kue menghiasi paithin, mulai dari kue bolu kukus, apem, kue bika ambon masih ada yang lainnya.
Panggung di pelataran Paithin diisi permainan Tanjidor, dan beberapa orang menyanyi lagu mandarin. Selain Mandarin ada beberapa lagu yang cukup familiar, lagu kolam susu milik Koes plus.
Sekitar jam 04.00 dilakukan pelepasan lampion, sembari mengucapkan harapan dari sang pelepas. Panitia menyediakan banyak lampion, siapa saja bisa berpartisipasi menerbangkan ke udara. Aroma dupa terasa menyengat, iringan Tanjidor terus mengalun sepanjang acara.
Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, tiba di acara Ceng Beng (dokpri)
Matahari mulai terbit, Bapak Walikota tampak datang di lokasi acara tak lama disusul Bapak Gubernur. Dua petinggi duduk sebentar, kemudian mengunjungi satu keluarga yang sedang bersembahyang.
Secara khusus Pak Gubernur berharap, tradisi Ceng Beng bisa menjadi magnet wisata di Pangkalpinang. Seperti Cap Go Meh yang sudah melekat, terutama di pulau Kalimantan.
Sebagai pengunjung, saya merasakan tradisi Ceng Beng begitu mengagumkan. Penuh semarak dan mengadung banyak filosofi, salah satunya adalah eratnya tali kekerabatan. (salam)

12 komentar:

  1. Seru nih halan-halan sambil belajar tradisi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Smoga next bisa jalan bareng Horas amin :)
      salam sehat dan sukses

      Hapus
  2. edisi terkantuk-kantuk gak diceritain...hehe..

    BalasHapus
  3. acaranya meriah sekali ya pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. sangat meraih mas heheh
      salam sehat dan sukses amin

      Hapus
  4. nggak sekedar jalan - jalan tapi banyak filosofinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mbak Sari heheh
      salam sehat dan sukses amin

      Hapus
  5. Orang Tionghoa sangat menghormati leluhur, layak dijadikan panutan karena menghormati orang tua adalah akhlak mulia. Penasaran seperti apa sih perayaan Cheng Beng ini sebenarnya. Tahun depan kalau ada lagi maulah rasanya ikut ngelihat langsung ke Pangkalpinang. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. smoga diringankkan langkah mas Eko aamiinn

      Hapus
  6. Balasan
    1. Terimakasih sudah berkunjung
      salam sehat dan semangat

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA