9 Apr 2016

Waroeng Tung Tau nan Legendaris di Pangkalpinang


Pengalaman saya, setiap berkunjung di satu daerah selalu ada ikon kuliner. Baik itu berupa makanan khasnya, atau yang tak kalah menarik adalah tempatnya. Maka tak heran kalau ada kalimat, "Gak ke Pangkalpinang kalau gak ke Waroeng Tung Tau" (atau ke tempat lainnya).
Kopi Tung Tau di Pangkalpinang (dokumentasi pribadi)
Spesial kunjungan Kelas Blogger, menyempatkan mampir ke Waroeng Tung Tau di jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang. Lokasinya sangat strategis, berada di pusat keramaian sangat mudah dijangkau. Tak jauh terdapat tempat penginapan dan pusat pertokoan, tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi.
Waroeng Tung Tau
Berdiri sejak tahun 1938, menjadi waroeng kopi legendaris dan tertua di Sungai Liat. Menu utamanya Kopi O (kopi hitam) dan roti panggang tradisional. Kalau menilik tahun berdirinya, berarti sejak masa kolonial Belanda ya guys. 7 tahun sebelum kemerdekaan, dan saat ini sudah dikelola pada generasi ketiga.
Do you know, nama Tung Tau diambil dari nama pendirinya. Saat ini Waroeng Tung Tau semakin berkembang, sudah memiliki tiga cabang semuanya di Pangkalinang. Hebatnya, warung pertama masih bertahan dilokasi yang sama sejak didirikan tahun 1938.  Lokasi kegendaris perdana, yaitu di jalan Muhidin Sungai Liat Bangka. Sementara tiga cabang tersebar, di Jl. Taniwen, Jl. Depati Hamzah dan Jl Soerkarno Hatta (yang dikunjungi kelas blogger)
Satu kunci yang membuat Tung Tau melegenda,  yaitu mempertahankan citarasa serta tradisi pengolahannya.
Kopi Tung Tau
Terbuat dari 100% biji kopi asli, memiliki citarasa khas dibanding kopi lainnya. mempertahankan cara pengolahan tradisional, tetap dipertahankan sampai tiga generasi.
Penyajiannya juga unik, menggunakan cangkir berlabel Tung Tau dan kue semprong. Bagi penggila kopi sangat recomended, apalagi rasa kopinya sangat  tajam dan nendang.
Roti Panggang Tung Tau
Roti dan selai dibuat sendiri, dengan resep dan cara pembuatan yang sama selama puluhan tahun. Bahan yang digunakan, adalah bahan alami tanpa pengawet.
Roti Panggangnya lembut dan yummy (dokumentasi pribadi)
Wedang Uwuh (dokumentasi pribadi)
Untuk menu banyak pilihan, tak hanya kopi lho guys. Aneka juice disajikan, pun minuman seperti teh tarik, kopi tarik, wedang uwuh dan aneka mminuman pilihan ada juga. Sementara untuk roti bakar, terdapat pilihan selai sesuai selera. Roti bakar keju, strawberry, cokelat, srikaya dan masih banyak lainnya.
Pelayan sibuk mengantar pesanan pelanggan (dokumentasi pribadi)

Kelas Blogger sedang berkunjung ke Waroeng Tung Tau Pangkalpinang (dokumentasi pribadi)
Saya yang penasaran semakin tak sabar, setelah roti keju pesananan datang. Tekstur rotinya sangat lembut, kejunya setengah lumer menyatu dengan roti.  Cocok disantap saat hangat, rasanya seperti nempel dilidah.
Kelas Blogger ketagihan, dua kali kami berkunjung di Waroeng Tung Tau. Saat menjelang senja, dan sebelum subuh kembali berkunjung.
Anda penasaran?
Yuk ke Pangkalpinang, jangan lupa mampir ke Warung Tung Tau. (salam)
Kelas Blogger

8 Apr 2016

Wisata Religi Padepokan Puri Tri Agung


Perjalanan kelas Blogger di kota Pangkalpinang, hari kedua sempat mengunjungu Puri Tri Agung. Kami menempuh jalan darat selama satu jam lebih dari penginapan, untuk sampai di daerah Sungai Liat Bangka. Namun keseruan sepanjang perjalanan, membuat rasa bosan serta merta menyingkir.

 
Posisi Padepokan Puri Tri Agung sangat mempesona, dari pelataran bisa menyaksikan pemandangan Pantai Lepas. Panorama Pantai Tikus dengan ombak yang tenang, membuat pikiran semakin jernih (dokumentasi pribadi)
Mobil yang mengantar kami mulai menanjak, memasuki areal perbukitan. Tampak bangunan megah berbentuk Pagoda, terdiri tiga tingkat cerminan keyakinan atau Tri Dharma. Dari pelataran Padepokan, tampak lautan lepas dengan airnya yang biru.  
Saya sangat setuju, kalau Pemda menjadikan kawasan Puri Tri Agung sebagai kawasan wisata Religi layaknya masjid wali songo di Jawa.

Padepokan Puri Tri Agung berlatar bukit menghijau, memandangnya membuat perasaan tentram (dokumentasi pribadi)

Padepokan Puri tri Agung, berlokasi di kawasan pantai Tikus sungai liat kabupaten Bangka. Berada di atas lahan seluas 2,3 Ha, pada 2015 menjadi finalisasi pembangunan. Pada tahun yang sama pula, kawan sembahyang Agama Budha ini diresmikan mentri Agama Lukman Hakim Saifudin. 

Tempat sembahyang dengan patung Dewi Kwan Im, berada di sebelah kiri pelataran Padepokan. Umat Budha tampak khusyu sembahyang di area ini (dokumentasi pribadi)
Seorang ibu sedag sembahyang, di pelataran padepokan Puri Tri Agung. Sang ibu menghadap patung Dewi Kwan Im -gambar atas- (dokumentasi pribadi)


Pada beberapa sudut tempat sembahyang, tampak umat Budha khusyu memanjatkan doa. Diawali dengan membakar lidi merah, mengekuarkan asap dupa. Selain itu tampak buah sebagai sesaji, persembahan dari pendoa
Padepokan Puri Tri Agung tampak dari depan,




Patung kepala Naga , akan pengunjung jumpai di bagian teras Padepokan. (dokumentasi pribadi)
Bagian dalam Padepokan Puri Tri Agung yang megah dan indah (dokumentasi pribadi)
Tiga patung besar, berada di ruang utama Padepokan. Yaitu ; Kang Zi, Buddha Sakyamuni, Lao Zi. Patung Kang Zi merupakan patung dewa bagi agama konghucu, Buddha Sakyamuni untuk agama budha, dan patung Lao Zi merupakan patung taoisme atau aliran. (dokumentasi pribadi) 
Lonceng Raksasa berada di ruang utama, padepokan Puri Tri Agung (dokumentasi Pribadi)
Lokasi Padepokan ini sekitar 9 kilometer dari pusat kota, menjadi pilihan menarik bagi wisatawan. Pemda cukup sigap, dengan infrastruktur memadai berupa jalanan beraspal. 
karena belum ada transportasi publik menuju lokasi ini, sebaiknya pengunjung menyewa atau membawa kendaraan sendiri. (salam)

6 Apr 2016

Pesona Cheng Beng di Pangkalpinang


Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Thionghwa, khusus umat Khonghucu. Ritual Cheng Beng di Pangkalpinang dilaksanakan di pekuburan Sentosa, adalah kerjasama antara pemerintah kota dan Yayasan Sentosa.
Pelepasan Aneka Lampion oleh masyarakat saat acara Ceng Beng di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang (dokumen pribadi)

Ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur, adalah upacara perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya. Pada moment ini tradisi pulang kampung terjadi, seluruh keluarga berkumpul di Pangkalpinang.
Kami dari Kelas Blogger, berkesempatan hadir pada acara Ceng Beng tahun ini. sehari sebelum puncak (4/april'16), mulai tampak kesibukan di pekuburan Sentosa. Anggota keluarga mulai membersihkan kuburan, kemudian menyiapkan sesaji berupa buah-buahan dan kue. Tak lupa membakar dupa, yang diletakkan di sekitar makam leluhur. Ceng Beng sendiri artinya bersih/ terang, besar harapan leluhur berada di tempat yang terang.
Hadi yang saat itu kami hampiri, bercerita tentang tradisi tahunan ini. Lelaki usia tigapuluhan ini, sengaja pulang dari tanah rantau untuk perayaan Ceng Beng. Bersama satu tukang, makam leluhur sedang dicat ulang dengan warna merah. Rumput dan tanaman liar dicabut, agar makan tampil semakin cantik. Pada ujung pembersihan, diberi uang-uangan dari kertas plastik warna kuning merah.
"ini bukti cinta dan sayang pada leluhur kami. kalau untuk membangun makam, tak ada pakemnya, tergantung yang duitnya banyak bisa mewah" Jelas Hadi
Tak hanya Hadi, banyak keluarga lain datang dengan rombongan. Melakukan prosesi yang sama, membersihkan makam membawa sesaji dan mendoakan arwah leluhurnya.
Puncak cengbeng di area pekuburan Sentosa sendiri, dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 4 April'16. Kami mendapat rundown acara, sebelum keberangkatan ke Pangkalpinang. Mulai setengah satu dini hari, sudah menuju lokasi pekuburan sentosa. Sesuai jadwal yang kami terima, jam 03.00 waktu setempat acara dimulai. Sengaja datang lebih awal, mengantisipasi kemacetan akibat parkir. Sekaligus ingin mengambil moment, pada puncak acara berupa pelepasan lampion dan kembang api. 
Paithin atau tempat ibadah, dipenuhi aneka persembahan bagi leluhur (dokpri)
Tampak kesibukan di Paithin, atau tempat sembahyang/ mengirim doa bagi leluhur yang yakin makamnya ada di Pekuburan Senotsa namun tidak menemukan fisiknya. Persembahan sesajian berupa buah-buahan (Sam Kuo) ditata berbentuk gunungan, mulai dari buah jeruk, apel, pear dan nanas.  Selain buah terdapat Kambing dan Babi, berada di tengah siap dipanggang. Aneka kue menghiasi paithin, mulai dari kue bolu kukus, apem, kue bika ambon masih ada yang lainnya.
Panggung di pelataran Paithin diisi permainan Tanjidor, dan beberapa orang menyanyi lagu mandarin. Selain Mandarin ada beberapa lagu yang cukup familiar, lagu kolam susu milik Koes plus.
Sekitar jam 04.00 dilakukan pelepasan lampion, sembari mengucapkan harapan dari sang pelepas. Panitia menyediakan banyak lampion, siapa saja bisa berpartisipasi menerbangkan ke udara. Aroma dupa terasa menyengat, iringan Tanjidor terus mengalun sepanjang acara.
Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, tiba di acara Ceng Beng (dokpri)
Matahari mulai terbit, Bapak Walikota tampak datang di lokasi acara tak lama disusul Bapak Gubernur. Dua petinggi duduk sebentar, kemudian mengunjungi satu keluarga yang sedang bersembahyang.
Secara khusus Pak Gubernur berharap, tradisi Ceng Beng bisa menjadi magnet wisata di Pangkalpinang. Seperti Cap Go Meh yang sudah melekat, terutama di pulau Kalimantan.
Sebagai pengunjung, saya merasakan tradisi Ceng Beng begitu mengagumkan. Penuh semarak dan mengadung banyak filosofi, salah satunya adalah eratnya tali kekerabatan. (salam)