“Karena KAI publik service, tidak boleh yang
dipikirkan hanya untung, yang di dapat dikembalikan ke publik dalam bentuk
layanan,”
Dirut KAI, Edi
Sukmoro
Saya yakin, sebagian besar kita pernah naik kereta Api. Moda transportasi favorit, selain bebas macet tiket terjangkau. Kalau pulang kampung, istri dan anak-anak lebih suka naik kereta.
Sebagai gen X, saya merasakan kereta api dari masa ke masa. Kereta api sekarang, jauh lebih baik dibanding puluhan tahun lalu. Saya masih mengalami, di kereta ekonomi penumpang duduk di lantai. Penjual bebas keluar masuk, termasuk pengemis dan copet.
Sekarang, pengalaman serupa tak terulang. Kereta api telah bertransformasi, menjadi lebih bersih, rapi, nyaman dan tentu saja bikin betah.
O’ya, saya juga pengguna
commuter line, turut merasakan bagaimana praktis, ekonomis dan lancar. Commuter
line adalah bukti, bahwa transportasi massal bisa menjadi solusi mengurangi
kemacetan ibukota.
-----
Menginjakkan
kaki di Stasiun Gambir, saya dibuat takjub. Stasiun yang megah dan super keren,
dengan fasilitas lengkap .
Edi Sukmoro, Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia, menyampaikan, bahwa KAI tahun 2018, telah mengangkut 425 juta penumpang. Kemudian pada tahun 2019 meningkat, telah mengangkut 432 juta penumpang. Sementara untuk KRL mengangkut 1,154 juta penumpang/ hari, dengan 928 perjalanan/ hari.
“Karena KAI publik service, tidak boleh yang dipikirkan hanya untung, yang di dapat dikembalikan ke publik dalam bentuk layanan,” ujar Dirut KAI Edi Sukmoro saat acara KAI x Social Media Mover
Berkunjung ke
Kantor Pusat Kereta Api Indonesia
Dengan kereta
Parahiyangan, kami menuju Bandung. Kereta yang nyaman, kursi bisa diubah
posisinya, ruangan gerbong berpendingin dan bersih. Petugas kebersihan tampak sigap,
mengambil sampah dari penumpang.Toilet berpengharum dengan wastafel dan toilet
duduk yang bersih.
Perjalanan Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung, ditempuh sekira tiga jam. Saat jam makan siang, kami diajak mampir ke Loko CoffeSho.
Perjalanan
dilanjutkan ke Kantor Pusat PT KAI di Jalan Perintis Kemerdekaan, lokasinya
tidak terlalu jauh dari stasiun. Persis di sebelah kanan pintu gerbang,
terdapat monumen Lokomotif uap TD 10. Lokomotif dengan susunan roda 0-8-0T, dua
silender berdimensi 300 mm x 340 mm dengan roda berdiameter 660 mm.
Lokomotif TD 10, sanggup melaju dengan kecepatan 25 km/ jam, menggunakan bahan bakar kayu dengan sistem superheater.
Kantor PT KAI di
Bandung kental dengan vibes heritage, kami disambut Bapak Mateta Rizalulhaq,
selaku VP General Affair and Corporate Culture PT.KAI.
“Kami membangun NKRI melalui kereta api, kereta api bersatu Indonesia maju,” jelas Mateta
Selanjutnya kami
menuju ruang bawah tanah, guna menelusuri sejarah perkereta apian Indonesia.
tahun 1800an, satu satunya jalur dari Batavia menuju Surabaya, yaitu melewati
Bandung tahun 1881-1884 (persis seperti lagu Naik Kereta Api).
Kemudian pada 1921 dibangun jalur pintas melalui cirebon, yaitu lintasan Manggarai- Cikampek- Cirebon. Perjalanan kereta malam kala itu, lebih dikenal dengan Java Nacth Express.
Di bunker dipajang
foto-foto lama, mulai rute atau jalur kereta api, simbol atau logo KAI dan foto
beberapa stasiun di kota-kota besar dari masa ke masa dibingkai dan dirawat
dengan baik.
Masih di area kantor pusat PT.KAI, terdapat monumen Kenangan Hormat. Sebuah monumen, untuk mengenang pegawai DKA (Djawatan Kereta Api) yang tela gugur, mempersembahkan darma baktinya untuk nusa dan bangsa. Karena terbatasnya waktu, kami musti kembali ke Stasiun Bandung untuk kembali ke Gambir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA