6 Mei 2016

Melangitkan Cita-Cita di Negeri Sampah

Berapa usia ideal anak untuk masuk PAUD ?
Saya yakin jawaban anda sama dengan saya, usia sekitar empat atau lima tahun. Jawaban anda tidak salah, karena pertimbangan usia sekolah memang begitu.
Siang ini Rabu 4/5'16 saya menjumpa anak-anak, berada tak jauh dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Bantar Gebang- Bekasi.
(kiri-kanan) Ahmad, Faqih dan Alif, anak-anak Paud Tunas Mulia Bantar Gebang- Bekasi (dokumentasi pribadi)
Anak-anak ini memakai celana training dan kaos lengan panjang, berwarna merah marun berpadu sleret warna kuning di bagian pinggir.  Pada kaos bagian belakang atas, tertulis "PAUD Tunas Alam" Bantar Gebang Bekasi.
Tiga nama anak saya ketahui setelah berkenalan, mereka adalah Ahmad 6 tahun, Faqih 7 tahun dan Alif 6 tahun. Mereka masih PAUD bukan TK, kalau anak saya atau anda mungkin usai 6/7 sudah TK B atau ada yang kelas satu SD.  Dari tiga anak itu saya ajak bercanda, sembari main tebak-tebakkan membaca. Ahmad usia 6 tahun, lumayan lancar membaca tulisan di atas buku notes saya. Sementara Alif agak terbata-bata, Faqih harus mengeja huruf per huruf dibantu dua temannya.
Bisa jadi anak-anak lain di wilayah ini, masih kesulitan membaca karena tidak memiliki kesempatan belajar.
Nadham Dwi Subekti selaku pendiri sekolah Tunas Mulia, mengakui kepeduliannya berangkat dari rasa keprihatinan. Orang tua di daerah TPA, enggan menyekolahkan anak-anaknya. Kebanyakan anak-anak dari kecil diajak menjadi pemulung, yang nyata-nyata dianggap menghasilkan uang dengan cara instan.
Banyak penemuan barang di TPA oleh pemulung, yang membuat mereka tergiur. Pernah mendapati uang di bundel dibungkus dalam plastik, entah sengaja atau tidak dibuang pemiliknya (bisa jadi uang panas). Atau kalau sedang nasib mujur, menemukan emas dalam bentuk perhiasan.
Namun pada waktu berlainan, ditemukan barang menjijikkan seperti potongan tubuh manusia atau mayat bayi. Selain itu masalah sosial dan kebiasaan juga terjadi, seperti terjadi longsor sampah, larangan sekolah, makanan sampah, pernikahan dini.
Oo0oO
Wings Corporation, perusahaan penghasil produk- produk makanan, minuman, perawatan rumah dan perawaran tubuh, melalui Yayasan Wings Peduli Kasih. Mendukung sepenuhnya upaya Pak Nadham, untuk kehidupan yang lebih baik warga Bantar Gebang melalui jalur pendidikan.
Dalam rangka hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei, Wings Peduli Kasih bersama Econity90 sebuah yayasan sosial anggotanya lulusan Fak Ekonomi UI tahun 90. Secara khusus memberi bantuan, berupa pendirian fasilitas bangunan permanen kelas baru untuk Sekolah Alam Tunas Mulia - Sumur Batu - Bantar Gebang Bekasi.
Pada kesempatan yang sama diluncurkan, buku "Impian dari Negeri Sampah" karya Nadham Surbekti. Dalam buku ini ditulis 43 kisah nyata, kehidupan sehari-hari warga Bantar Gebang dikiaskan dengan "Negeri Sampah". Buku yang akan dijual secara luas ini, royalti sang penulis akan digunakan untuk kegiatan di sekolah Tunas Mulia.
Usai pengguntingan pita, dilanjutkan meninjau kelas baru. (ki-ka) ; Nadham Surbekti, Rahmat Susanta, Hirajati Natawirya, Gabriella da Silva dan Topik Aji Mulya  (dokumentasi pribadi)
Prosesi pengguntingan pita, dilakukan Direksi PT Sayap mas Utama yaitu Hirajati Natawirya, Perwakilan Econity90 Rahmat Susanta dan Nadham Subekti sebagai pendiri sekolah. Turut mendampingi prosesi peresmian, Topik Aji Mulya, selaku Lurah Sumur Batu bantar Gebang dan Gabriella da Silva selaku Public Relation Head PT. Sayap Utama.
Setelah prosesi singkat di depan tangga, kami masuk ke kelas Sekolah Tunas Mulia. Bangunan kelas terdiri dari dua ruang, disekat dengan pintu lipat bercat putih.
Mendadak saya membayangkan Ahmad, Faqih, Alif dan teman-temannya mereguk ilmu di kelas ini. Wajah-wajah polos dan ceria belajar, untuk menuju perubahan masa depan tunas bangsa ini. untuk anak seusia tiga nama yang saya kenal tersebut, smestinya sudah lancar membaca sehingga bisa belajar ilmu lainnya.
Gunungan Sampah tampak begitu keluar dari Kelas (dokumentasi pribadi)
Begitu keluar dari ruang kelas, saya bisa saksikan langsung gunungan sampah tak jauh dari Sekolah Tunas Mulia. Konon sampah inilah, merupakan "sumbangan" dari warga Jakarta. Dalam sehari bisa mencapai empat sampai tujuh ton sampah, dikirim dengan truk besar ke tempat di hadapan saya.
"saya terinspirasi dengan kisah yang ada di buku Pak Nadham, semoga langkah kecil yang dilakukan Wings dapat membantu memotivasi anak-anak Bantar Gebang, khususnya Sekolah Tunas Mulia untuk belajar lebih giat dan kami menghimbau masyarakat lain di luar sana dari perusahaan maupun instansi pendidikan untuk turut serta memberikan sumbangsih dalam bentuk moral dan materi kepada anak sekolah Tunas Mulia demi masa depan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Kami juga mengapresiasi para guru, pahlawan tanpa jasa yang telah mengajar anak-anak dengan kasih dan tulus ikhlas" Ujar Aristo Kristandio Representative Yayasan Wings Peduli Kasih
Nadham yang kami temui secara terpisah mengungkapkan, "satu hal penting yang harus ditanamkan pertama kali, adalah keinginan atau cita-cita. Kalau mereka punya mimpi, akan membangkitkan semangat menggapainya".
Akhirnya kami sampai ujung acara, mobil yang mengantar kami ke tempat ini sudah siap membawa kembali ke Jakarta. Semangat Pak Nadham dan anak-anak di Tunas Mulia, mengingatkan saya pada lagu dalam film Laskar Pelangi. "Mimpi Adalah Kunci Untuk Kita Menaklukkan Dunia" (salam) 
Tak Boleh terlewatkan adalah Wefie (gambar dari FB Elisa Koraag)

5 Mei 2016

Indonesia Adalah Rumah Saya [Catatan Team Nusantara Sehat]


Pijar Liendar R, sedang melayani masyarakat Pulau Penawar Rindu Belakang Padang Batam (dok foto. Pijar)
Memilih dan menempuh jalan pengabdian, adalah keputusan yang tidak bisa ditawar. Bagi saya menggapai kesempatan membaktikan diri bagi pertiwi, adalah jalan untuk hidup dalam kemanfaatan. - Khairunnas Anfauhum Linnas - "sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya", kalimat inilah yang selalu saya hunjamkan dalam kalbu ini.
Hingga suatu hari mendengar program Kemenkes "Nusantara Sehat" (NS), sebagai jawaban atas doa yang selama ini saya hembuskan dalam setiap sujud.
Saya Pijar Liendar Ramadhana, Amd KL, pemuda  23 tahun asal Rejang Lebong Bengkulu. Pijar artinya bersinar/berpijar, mungkin orang tua menyimpan harap anaknya kelak bisa menyinari sekelilingnya.  Saya yakini pemberian nama adalah doa,  semoga saya bisa mewujudkan harapan orang tua (amin).
Saat ini saya menjadi bagian Team Nusantara Sehat, untuk penempatan di Pulau Penawar Rindu- Kecamatan Belakang Padang  Kota Batam.
Darah muda ini sontak menggelegak, ketika mendengar program keren dari Kemenkes "Nusantara Sehat: (NS). Kebetulan sudah ada satu teman menjadi Team NS 1, kerap berbagi kisah perjuangannya di tanah pengabdian.
Terus terang ketika mendengar cerita penuh tantangan, hati ini melihat sebagai sesuatu yang  Amazing.  Saya sudah terbiasa melatih diri, agar tak menjadi pribadi manja dan penuntut. Kehadiran program NS adalah sarana penggemblengan, untuk mengokohkan kemandirian dan  jiwa patriotisme di dada.
Sebagai generasi penerus saya merasa terpanggil, begitu mendengar saudara sebangsa sangat membutuhkan bantuan bidang kesehatan.
Maka ketika pendaftaran Team NS 2 dibuka, tanpa pikir panjang langsung mendaftar. Memilih bidang pengabdian sesuai disiplin ilmu, sebagai lulusan D III Kesehatan Lingkungan Polteknas Kemenkes Bengkulu. Saya sudah siap sepenuhnya, ditempatkan di pelosok manapun karena esensinya sama yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Ibarat pepatah "di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", saya bertekad mempersembahkan yang terbaik yang saya bisa. Selagi masih di Tanah Air Indonesia, artinya saya masih berada di rumah sendiri. Indonesia adalah Rumah saya,  meski di pelosok manapun tak ada masalah.
Oo0oO
Mendatangi adik-adik SD, untuk penyuluhan hidup sehat (dok foto. Pijar L)
Kini setelah  merasakan terjun ke lapangan, tantangan cukup berat adalah mengubah perilaku masyarakah ke arah yang lebih baik. Terutama masalah PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), yang menjadi pangkal dari perilaku keseharian. Bagaimanapun kesehatan adalah modal utama, agar bisa beraktivitas dan bekerja lebih giat.
Pulau Penawar Rindu berada di pinggir negara tetangga Singapore, artinya posisinya berhimpit dengan lautan. Kebanyakan penduduk bermata pencaharian nelayan, sebagai cara menyambung hidup. Selain itu banyak rumah panggung berdiri, dibangun layaknya tempat tinggal terapung di pinggir laut. Kebanyakan warga tidak sadar memiliki kamar kecil (WC), sehingga cukup membuat bilik dan membuang kotoran besar langsung nyemplung ke laut (jangan dibayangkan ya).
Belum lagi ketersediaan air bersih menjadi masalah utama, di daerah ini adanya air payau. Karena tak tentu musim, warga  memanfaatkan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan.  Tapi masalahnya warga belum tahu caranya, kerap menampung air hujan di bak atau drum (tong) tanpa ditutup dan dibersihkan dulu. 
Membersihkan Toren (tempat penampungan air) agar tidak berkembang jentik nyamuk (dok foto- Pijar L)
Bisa dipastikan dalam beberapa hari kemudian terjadi, jentik nyamuk muncul berada di dasar tempat penampungan. Nyamuk inilah yang dikenal aydes agypty, penyebab penyakit demam berdarah yang masih menjadi perhatian di wilayah ini. demi penyadaran kami berjalan kaki dari rumah ke rumah, kadang sampai 2-3 kali di rumah yang sama karena orangnya tidak ada.
Secara umum warga bersikap ramah, ini menjadi alasan kami betah di sini. Semakin membangkitkan semangat, untuk memberikan sesuatu yang terbaik selama bertugas.
Pijar Liendar Ramdhana - dua dari kanan- (dok foto- Pijar)
Program pertama yang kami jalankan, adalah survey cepat kesehatan. Tujuannya adalah mengetahui permasalahan dan status kesehatan masyarakat, sebagai acuan menentukan tindakan dan melakukan intervensi. Kini setelah beberapa bulan berlalu, saya semakin terpanggil berusaha membuat perubahan khususnya masalah kesehatan lingkungan. Sungguh saya ingin mempraktekkan yang saya pelajari dibangku kuliah, kalau tidak tentu akan sia-sia ilmu yang ada.
Nama Saya Pijar artinya sinar, semoga langkah kecil yang tengah saua ambil memberi penerang bagi sesama. Saya siap mempersembahkan dharma bakti di manapun di pelosok bumi pertiwi, karena Indonesia adalah rumah saya. (salam)

3 Mei 2016

Bahagia itu Sederhana, Sesederhana Pelukan Hangat Mama-Mama Ketika Melihat Kami Datang [Catatan Nusantara Sehat]

Nesya Ardella Simamora , Team Nusantara Sehat yang ditempatkan di Daerah Perbatasan Papua (dok.foto dari FB Nesya)
Fungsi blogger sebagai penggiat medsos coba saya terapkan, ketika bergabung dengan rombongan Kemenkes ke Batam. Setiap moment berusaha saya sebarkan, baik lewat tulisan atau gambar dipost via akun FB, twitter dan Instagram.  Baik ketika hendak berangkat dari Jakarta, saat berada di pesawat sebelum take off sampai mendarat di tujuan.

Ibu adalah Madarasah Pertama [Review Film MARS]


Poster Film MARS di XXI Plaza Senayan Jakarta Selatan (dokpri)
Suara gadis bergema memenuhi aula megah Oxfort University, membaca sambutan sebagai mahasiswi lulusan terbaik. Suasana megah dan bergengsi menjadi kesan mendalam, terpampang di permukaan layar. Wajah Sekar Palupi (diperankan Acha Septriasa) berbalut haru, matanya berkaca kaca dan bibirnya bergetar. Kata demi kata dirangkai begitu puitis, menggambarkan peran Bu Tupon (diperankan Kinaryosih) ibunya Sekar.
Adegan berjalan sekitar tiga menitan, menjadi awal bagaimana gadis bernama Sekar Palupi berada di tempat istimewa ini. kemudian kisah flash back beberapa puluh tahun, saat sekar kecil masih bersama ayah dan ibunya masih bersama di daerah Gunung Kidul.
Tema pendidikan sangat ditonjolkan dalam film MARS, bertepatan bulan mei identik dengan Hari Pendidikan Nasional. Bagaimana kisah perjuangan Tupon soerang ibu yang buta huruf, tapi memiliki tekad kuat agar anaknya bisa bersekolah dan menjadi orang pintar.
Sejalan dengan ajaran agama, bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya. Sang Khaliq menjanjikan, akan dinaikkan derajad kaum berilmu dan beriman beberapa tingkat. Kehadirian tokoh ustad Ali (diperankan Cholidi Assadil A) pada MARS, ternyata sebagai penguat tekad sang ibu.
Ibulah madarasah pertama bagi anak-anaknya, meski dalam film MARS digambarkan Bu Tupon minim pendidikan. Mars dalam film memiliki arti ganda, bisa MARS sebagai planet ke empat setelah Bumi atau singkatan Mimpi Ananda Raih Semesta. Tokoh Sekar Palupi digambarkan, sebagai mahasiswi bidang Astronomi. Sejak kecil pula Sekar diberitahu sang ibu, MARS dibahasakan dalam Jawa sebagai Lintang Lantip atau Bintang cerdas.
Film MARS yang akan tayang serentak di Bioskop pada 4 Mei 2016, sangat cocok ditonton semua umur. Sangat recommended untuk memotivasi masyarakat luas, bahwa pendidikan adalah pintu yang membuka kesempatan lebih luas. Keberadaan ibu sebagai pengantar anak-anaknya menjadi sukses, adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar.
Poster MARS (dokumen pribadi)

Sebagai karya perdana dari sutradara Sahrul Gibran, film ini digarap dengan cukup teliti.  Menggunakan drone untuk mengambil beberapa gambar, membuat tampilan di layar mengesankan penonton. Soundtrack film dari Band Ungu bertajuk "Doa Untuk Ibu", terdengar syahdu, pas dan menyatu dipasangkan adegan Bu Tupon berupaya maksimal demi anaknya.
Skenario ditulis oleh Jhon De rantau dan Aisworo Ang, dua nama tak asing di dunia perfilman Indonesia.Memasang nama pemain yang sudah menjadi andalan, diantaranya Acha Septriasah, Kinaryosih, Cholidi Assadil Alam, Teuku Rifnu WIkana dan beberapa artis ternama lainnya.
Yuk jaga tanggal mainnya, sekali lagi 4 Mei 2016 di bioskop kesayangan anda. (salam)