|
Justri Pulubuhu (JDCC- Jakarta Defensive Driving Consulting) -dokumentasi pribadi |
Sejak pertama
merantau di Ibukota, saya pergi kemana-mana mengandalkan roda dua. Alasannya sederhana,
selain praktis yang pasti hemat waktu dan hemat biaya. Dengan isi bensin
limabelas ribu, saya bisa pergi ke beberapa tempat sekaligus. Andai jarak
tempuh tak terlalu jauh, sekali isi bahan bakar bisa untuk dua hari.
Kalau jalanan macet, motor relatif bisa nyelip-nyelip
di sela antara mobil. Lewat jalan tikus atau pintas, tak kerepotan meski gang
sempit. Kalau hujan bisa berteduh di halte atau di teras rumah orang, sambil
istirahat sekalian memakai jas hujan.
Tapi bukan berarti tak ada duka naik roda dua, sumuk
karena memakai helm. Saat menerobos hujan, kaca di helm berubah buram. Belum lagi
kalau melewati genangan air, cengkraman rem sedikit berubah. Tak jarang naik
motor saat hujan, kendaraan lain ngebut akibatnya air kotor nyemprot di badan.
Karena kerap bermotor ria, saya selalu tidak tahu
kalau ditanya kendaraan umum. Saya paling awam, kalau ditanya (misal) dari
lebak bulus ke Pasar Senin naik bus atau kereta. Pun ketika ditanya metromini,
(misal) dari Blok M menuju Cileduk apa yang harus dinaiki.
00-00
Kondisi jalan raya diciptakan oleh banyak unsur,
selain diri sendiri yang mengemudi ada orang lain juga melakukan hal sama. Belum
lagi pejalan kaki, orang lain yang berjualan di pinggir jalan. Kemudian ada bus
yang mogok, atau bus dan angkot yang sedang ngetem.
Betapa kompleks yang terjadi di jalan raya,
masing-masing saling terhubung menjadi sebab akibat. Satu kendaraan (misal)
kecelakaan di daerah fatmawati, bisa jadi imbas macetnya sampai pondok pinang.
Nah, kesadaran disiplin di jalan raya harus dimulai
dari diri sendiri. Pada hari Rabu 25/5'16, Mobil123.com Portal Otomotif no 1 mengadakan acara spesial. Mengetengahkan
tema, "Safety Driving" Faktor- Faktor Yang Harus diperhatikan Saat
Mengemudi, menghadirkan narasumber Justri Pulubuhu (JDCC- Jakarta Defensive
Driving Consulting)
"Penyebab kecelakaan di lalu lintas, penyebabnya
adalah ketidaktertiban berlalu-lintas dari pengguna lalu lintas" Ujar
Justri di awal presentasi.
Saya sering sekali melihat, aktivitas mmulti-tasking
dilakukan saat mengemudi. Pernah saya melihat, pengemudi memegang setir sambil
menelpon.
Coba bayangkan !
Kalau saat komunikasi di telepon memicu emosi atau
kemarahan, tak mustahil mempengaruhi aktivitas menyetir. Kalau nyetir sambil
marah-marah, dampaknya bisa saja dirasakan oleh kendaraan di belakang atau
samping kanan kirinya.
Fokus adalah jawabannya.
- Pastikan
kondisi kendaraan telah diperiksa dan yakin semuanya dalam kondisi layak jalan,
kondisi kendaraan yang siap membuat perjalanan nyaman, lancar dan pengemudi
tidak stress.
- Tinggalkan
segala masalah (mental & fisik) saat merencanakan mengoperasikan kendaraan
bermotor, sesuatu terkait fisik (sakit, keseleo, dll) akan membuat keterbatasan
gerak dalam mengoperasikan kendaraan. Masalah Keluarga/Pekerjaan/Finansial yang
berat akan mengurangi konsentrasi mengemudi, saat ini kualitas safety Anda akan
segera menurun!!
- Upayakan
dengan maksimal untuk fokus dengan tugas mengemudi, hindarkan hal-hal yang
mendistraksi konsentrasi
|
Suasana acara Mobil123.com, Safety Driving (dokpri) |
Selain
Focus, pengemudi harus Mengerti
- Melihat tidak
selalu linear dengan MENGERTI. Indikasi mengerti salah satunya, tidak mengerem
mendadak, tidak melakukan manuver mendadak, tidak kaget atas kejadian yang ada
dimukanya, pergerakan kendaraan walaupun tidak terlalu pelan selalu halus, bagi
penumpangnya mereka merasa nyaman dikemudikan si pengemudi.
- Pada bagian
mengemudi defensive, mengerti adalah tindakan antisipatif. Ketika indera mata
melihat sesuatu, maka pahami objek tersebut. Semisal mata melihat anak kecil di
bahu yang ada di bahu jalan 50 meter di muka, pahami ia hanya seorang anak
kecil yang dapat bergerak atau memutuskan sesuatu dengan seketika tanpa
berpikir panjang, bahkan menyeberang seketika melintasi badan jalan dimuka Anda
tanpa menghiraukan sesuatu yang buruk dapat terjadi.
- Pengemudi
yang selalu mengutamakan keselamatan, selain tertib berlalulintas ia memiliki
PATTERN mengemudi antisipatif, selalu mengecheck kaca-kaca spionnya kemudian
mengerti apa yang tertangkap dengan matanya, mematikan situasi belakang atau
samping aman sebelum ia melakukan keputusan sebuah manuver. Saat bahaya dimuka
muncul, sebelum mengambil keputusan
mengerem atau menghindar, tindakan pengemudi yang memahami ia berada
dimana adalah memastikan sisi belakang atau sampingnya aman atau
tidak, barulah keputusan terbaik dilakukannya, ini adalah indikator MENGERTI!
00-00
Saya Sepakat keselamatan berkendara, tak sepenuhnya
di tangan diri sendiri. Misalnya diri sudah berhati-hati menyetir, tapi kita
tidak bisa mengontrol orang lain. Tapi kalau diri sendiri tak memulai, mustahil
kedisiplinan akan terjadi.
Sudahlah tak usah menuntut orang lain disiplin, lebih
baik kita menjadi pelopor keselamatan untuk diri sendiri. (salam)