ajtual(dot)com |
Pernah dengar Stunting ? Ya. Stunting adalah istilah
untuk tubuh pendek.
pernah mendengar obesitas ? pasti sudah pernah,
obesitas adalah kelebihan berat badan.
Masalah stunting, gizi buruk dan atau obesitas, ternyata
tidak hanya terjadi di daerah pelosok di Indonesia –seperti Papua--, bahkan di
Jakarta sekalipun juga terjadi.
Apa yang
menyebabkan stunting. gizi buruk dan obesitas.
Untuk membahas malah tersebut, bertepatan dengan
“Hari Gizi Nasional 2018,” Muslimat NU dan YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia
Indonesia), menyelenggarakan diskusi publik.
Acara diselenggarakan di Gedung Utama Kemendikbud,
mengambil tema “Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Anak Indonesia Zaman Now- No
Malnutrisi, No Obesitas ; sayangi anak dengan makanan gizi seimbang.”
WHO, menetapkan batas toleransi stunting, maksimal
20% dari jumlah keseluruhan balita. Mengacu pada angka prosentase tersebut, WHO
mengkategorikan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi buruk –sedih ya--.
Sulawesi Tengah, adalah daerah dengan status
stunting tertinggi di Indonesia, atau sebesar 16.9%. Sementara Sumatera Utara,
sebagai provinsi dengan status stunting terendah di angka 7.2%.
Untuk mengatasi keadaan ini, pemerintah menetapkan
100 Kabupaten prioritas, kemudian dilanjutkan 200 Kabupaten lainnya, mendapat
perhatian dan penanganan khusus perihal stunting.
Data Menkes bulan November 2017, 17.8% bayi usia di
bawah lima tahun (balita) di Indonesia, mengalami masalah gizi, berdasarkan
indeks berat badan menurut umur.
Sementara, bayi dibawah usia dua tahun (Baduta)
mengalami masalah gizi mencapai 14.9 %. Hal ini tentu menyedikan, mengingat
masa depan bangsa ini, pada tangan anak-anak ini.
Gizi terkait erat dengan kesehatan, akan
mempengaruhi kualitas hidup. Gizi juga sangat membantu, sebagai upaya efektif
dalam masa pemulihan saat pengobatan.
Gizi dan atau nutrisi, merupakan faktor yang
meningkatkan kekebalan tubuh. Nutrisi yang baik, memberikan bahan yang
dibutuhkan sel-sel kekebalan tubuh.
Pembukaan Diskusi Publik dalam rangka Hari Gizi 2018 -dokpri |
“Tantangan
Pemerintah saat ini cukup besar, tingginya angka stunting menjadi indikator
tingginya kejadian gizi buruk di negara ini,” Jelas Siti Masrifah Chifa, anggota Komisi IX DPR RI.
Lebih lanjut Siti Masrifah menilai, penanganan gizi
buruk pada anak harus menjadi prioritas pemerintah. Hal ini penting, karena
terkait dengan masa depan anak, yang notabene menjadi penerus pembangunan
bangsa ini.
Selain masalah gizi buruk, masalah obesitas anak
juga terjadi di Indonesia. Anda pasti ingat, Arya Permana bocah asal Karawang yang mengalami
kelebihan berat badan.
Arya dengan badannya yang obesitas, terpaksa
berhenti sekolah, karena tidak kuat berjalan akibat bobot yang berlebihan.
Menyoal obesitas pada anak di Indonesia, pada 2011
di angka 11% meningkat menjadi 15.5% pada tahun 2016.
Penyebab obesitas, adalah penerapan pola makan yang
tidak seimbang. Kerap mengonsumsi makanan tinggi kalori (karbohidrat, lemak),
tinggi natrium, terlalu manis dan rendah serat.
Penambahan satu porsi makanan manis, berhubungan
dengan kenaikan indeks masa tubuh selama setahun.
Makanan dan atau minuman manis, merupakan faktor
penyumbang pada berat badan anak-- dan orang dewasa pastinya--.
Sementara Natrium tinggi pada anak, berhubungan
dengan tekanan darah tinggi. Peningkatan IMT (Indeks masa Tubuh) pada anak,
dipengaruhi oleh konsumsi minuman manis dan makanan lemak tinggi.
Pola makan lemak tinggi dan rendah serat, secara
lotingudinal berkaitan dengan peningkatan adipositas.
Dodik
Briawan MCN, pengajar dan peneliti Departemen Gizi Masyarakat, FEMA IPB, hadir
selaku narsumber diskusi publik pada Hari Gizi Nasional mengatakan, “Intervensi gizi, perlu dilakukan dalam
bentuk edukasi secara berkesinambungan kepada masyarakat terutama orang tua.
Orang tua harus paham betul kebutuhan nutrisi anak, makanan yang baik dan tidak
baik, tidak terpengaruh gaya hidup yang serba instan serta iklan- iklan produk
makanan anak yang kadang menjanjikan hal yang berlebihan.”
Hasil penelitian Sartika (2011), menunjukkan adanya
hubungan antara asupan energi dan protein, dengan obesitas pada anak.
Kemungkinan disumbang oleh konsumsi makanan cepat
saji, yang tinggi energi, tinggi lemak, tinggi garam dan rendah serat.
(searah jarum jam) Siti Masrifah Chifa, Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, , Dr. Musridah Thahir, Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, (dokpri) |
Dr. Damayanti
Rusli S,SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI,
mengatakan, fator utama tingginya masalah stunting di Indonesia salah satunya
adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan, baru lahir
sampai anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan,
dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. Investasi gizi
pada 1000 HPK ( Hari Pertama Kehidupan), merupakan kewajiban yang tidak bisa
ditawar.
“Permasalahan
gizi tidak hanya mengganggu perkembangan fisik dan mengancam kesehatan anak,
namun juga dapat menyebabkan kemiskinan. Pertumbuhan otak anak yang kurang gizi
tidak akan optimal sehingga akan berpengaruh pada kecerdasannya di masa depan.
Dengan demikian, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal lebih
kecil pada anak stunting,” Jelas Dr Damayanti.
Sementara Ibu Mursyidah Thahir dari PP Muslimat NU
sekaligus anggota koimisi fatwa MUI, mencoba melihat prespektif sehat tidak
dari fisik saja, tapi juga sehat mental, spiritual maupun sosial.
Al-Qur’an telah jelas, mengatur dan mengajak
konsumsi makanan (tidak hanya) sehat, bergizi, (paling utama) dan halal. Mengonsumsi
makanan halal, identik dengan bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT.
Keluarga merupakan madarasah pertama, untuk menerapkan
prisip hidup sehat. Keluarga pula, melindungi seluruh anggotanya dari ancaman
berbagai penyakit, dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Dr. Musridah Thahir, menyampaikan, “Di sini peran keluarga sangat penting,
terjadinya gizi buruk berawal dari keluarga yang tidak bisa mencukupi kebutuhan
gizi bagi anak-anaknya. Akibatknya stuntung tidak bisa dihindari dalam
masyarakat kita.”
Upaya masif perlu dilakukan dari sekarang, demi
generasi mendatang. Semoga pada satu abad usia kemerdekaan –yaitu tahun 2045--,
Indonesia bisa bebas stunting, sehingga bisa bersaing dengan negara di dunia.
dokumentasi pribadi |
Sedih banget ya Mas kalo bicara soal gizi buruk yang masih banyak dialami oleh anak-anak Indonesia. Semoga permasalahan ini dapat segera dituntaskan.
BalasHapusbetul, kita musti aware masalah ini
HapusWHO mengkategorikan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi buruk *glek*
BalasHapusSemoga angka stunting dan permasalahan gizi anak Indonesia bisa makin menurun tahun ini dan tahun2 berikutnya yaa.. sesama ortu bisa saling berbagi informasi dan saran supaya anak2 terjaga kesehatannya. karena mereka adalah masa depan kehidupan
Sedih ya kak
HapusMiris juga Indonesia masuk peringkat lima dunia.. ini harus diperbaiki lagi.
BalasHapussepakat musti diperbaiki
HapusTantangan berat tapi bon berarti gak hisa. Kenalkan Dan berikan gizi terbaik sejak dalam perut ibu agar anak2 Sehat Dan tumbuh dong baik.
BalasHapussepakay bun, 1000 HPK musti diperhatikan
HapusPemerintah harus selektif dan mendata daerah-daerah yg rawsn gizi buruk dan memberikan sosialisasi
BalasHapuspemerintah dengan dukungan masyarakat pastinya
Hapusberasa sentilan nih buat ibu-ibu yang malas masak
BalasHapusibu musti rajin masak ya kak
HapusOrang Indonesia emang tingginya masih terbilang di angka rendah ya, Om, faktor olahraga juga kali ya om. Terus kena panas matahari aja takut. Hihihi. Harusnya berjemur terus tiap pagi.
BalasHapusbetul kakak
HapusAku jd inget tulisan mas Agung yang di kompasiana.. hmm yg di Jakarta aja masih banyak kasus balita stunting.. krn salah asuhan salah asupan. Apalagi yang disana ya.. huwaaaa sedih
BalasHapusyes betul
HapusSetuju, kestabilan makanan sehat berawal dari keluarga, dan menjadi tantangan berat jika orangtua tidak bisa memenuhinya, kasian anak-anak generasi selanjutnya, apalagi kalo stunting kan suka jadi minder
BalasHapusSepakat
HapusSbagai ibu,harus kreatif menyajikan menu bergizi tuk anak setiap.hari nya agar terpenuhi nutrisinya
BalasHapusBetul kakak
HapusTantangan terbesar bagi suatu negara untuk mensejahterakan rakyatnya. Semoga Pemerintah Indonesia bisa wujudkan Generasi Emas 2045 yang BEBAS dari Stunting
BalasHapusMusti dilawan dari sekarang ya kak
HapusNggak sabar melihat anak-anak Indonesia bebas stunting di 2045. Yuk! Kita ambil peran untuk mewujudkan hal itu :)
BalasHapusbetul ibu, ita musti turut andil
HapusSemoga Indonesia segera bebas dari kasus gizi buruk.
BalasHapusAmin
HapusAnakku juga kayaknya terlalu gemuk, duh warning nih buat aku, tapi Alhamdulillaah anakku masih suka makan sayuran sih dan konsumsi air putihnya banyak.
BalasHapusSemoga sehat selalu ya kak amin
HapusSebagai orangtua kita wajjb ya memperhatikan asupan si kecil. Jangan keliru dengan kandungan nutrisi, bisa obesitas kalau ga kurang gizi
BalasHapusSwpakat kakak
HapusSedih melihat anak anak kita masih banyak kekurkekur gizi. Masalah serius ini, harus segera diselesaikan
BalasHapusSetuja
HapusDuh, masih banyak banget ya ternyata anak yang kekurangan gizi. :(
BalasHapusBetul kakak
HapusSuka sedih kalau lihat anak yang stunting atau obesitas. Biasanya jadi minder di pergaulan dan kadang suka dibully teman-temannya. Semoga aku bisa memberikan gizi lengkap buat anak-anak aku.
BalasHapusamin, salam sehat ya mbak
HapusEmak emak kudu memperhatikan gizi sang anak jangan obesitas dan kerja keras agar anaknya tidak mengalami gizi buruk
BalasHapusSemoga sehat selalu ye mpok
HapusWaduh terancam generasi penerus bangsa ini. Miss jadi sedih
BalasHapusKita musti aware ya kak
HapusPemenuhan gizi yang baik emmabg harus paling diperhatikan ya mas
BalasHapusSepakat
Hapus