16 Apr 2015

Pengumuman "Give Away" Abon Jambrong Unia


dok. Medsos Abon Jambrong unia

Assalamualaikum wr wb, apa kabar kawan's
Industri makanan tak henti berinovasi, menawarkan kejutan pada konsumen. Pilihan semakin beragam, menuntut penikmat makanan lebih bijak mengambil keputusan. Membeli suatu produk makanan adalah keputusan, menambatkan pilihan pada suatu produk juga keputusan. Maka memilih makanan sehat dan menyehatkan, adalah sebuah pilihan bijak yang menguntungkan diri.

8 Apr 2015

Wisata Kuliner Bernuansa Digital


Food Truck Festival Digitalicious 2015 (dokpri)

Kuliner sudah menjadi gaya hidup kaum urban, bertumbuh seiring perkembangan jaman. Focus utamapun tak lagi sekedar pada makanan saja, tapi faktor pendukung kegiatan berkuliner tersebut. Manusia modern yang penat dengan aktivitas, membutuhkan sarana untuk menyegarkan pikiran dan stamina. 
Keterbatasan waktu menjadi faktor, bagaimana agar satu kegiatan mengandung beragam fungsi. Kebutuhan utama yang musti dipenuhi setiap hari, adalah makan setidaknya tiga kali dalam sehari. Maka mengkreasikan agar aktivitas harian, memiliki nilai plus dan diminati konsumen adalah tantangan. Pelaku usaha di industri kuliner, dituntut cermat dan piawai mengemas bisnisnya.

28 Mar 2015

Surga yang Paling Dekat [Review Film]



Poster Ada Surga Di Rumahmu (dokpri)
"Wahai Rasulullah siapa yang harus aku hormati" tanya seorang sahabat suatu ketika.  "Ibumu" Jawab  Rasul.
"Kemudian siapa lagi Ya Rasul"tanya sahabat.  "Ibumu" ulang Rasulullah.
"Kemudian siapa lagi wahai Rasul"sahabat bertanya lagi.  "ibumu" jawab Rasulullah lagi.
"Kemudian siapa lagi Rasulullah" sahabat  masih bertanya. "Ayahmu" Jawab Rasulullah
Penggalan percakapan  Rasulullah dengan seorang  sahabat, menjadi penguat keberadaan ibu yang begitu penting. Bahkan  manusia pilihan itu menjawab tiga kali, perihal letak kedudukan seorang ibu,  sebelum yang keempat barulah ayah.
Sutradara Aditya Gumay mengangkat pesan penting ini, dalam sebuah karya bertajuk "Ada Surga Di Rumahmu" (ASDR). Melalui bendera Mizan Production, menjadi kerjasama kedua setelah "Emak Pengin Naik Haji". 
Fenomena yang berlangsung dewasa ini, memang sungguh miris dan memprihatinkan. Kerap terkabar di media massa, anak tega membunuh ibu atau ayahnya karena persoalan sepele. Bahkan ada yang membawa masalah dengan orang tua, ke ranah hukum sampai ibu atau ayahnya di sidang. Jaman yang semakin renta, anak sudah jauh dari kata berbakti. Berangkat dari keprihatinan ini Mizan Production, mempersembahkan alternatif tontonan bagi pecinta bioskop tanah air.
*****
Suasana Conpres (dokpri)

Ramadhan bocah tinggal di sekitar sungai Musi Palembang, setiap sore rajin mengaji di musholla dekat rumah. Memiliki cita cita menjadi artis terkenal, kerap tampil di televisi dan banyak duit. Berasal dari keluarga kebanyakan, sang ayah memiliki warung dan ibu menjahit. Suatu ketika sang ayah melontarkan ide, Ramadhan dimasukkan ke Pesantren. Kebetulan pengasuh pondok adalah sang paman (adik dari ayah), jadi bisa dititipkan secara khusus. Dunia pesantren tak terlalu detil diterjemahkan, namun secara garis besar bisa ditangkap penonton.
Ramadhan mulai tumbuh besar, bersama dua sahabat mejadi pengajar di Pesantren. Sesekali mengujungi rumah, menemui ibu ayah dan gadis tetangga bernama Nayla. Sejak kecil gadis ini ibunya sudah meninggal, menganggap ibu Ramadhan seperti ibunya sendiri. Tak disangka antara ramadhan dan Nayla tumbuh, perasaan ketertarikan layaknya seorang lelaki dan perempuan. Ustad Attar pengasuh pondok pesantren semakin tua, didera penyakit gagal ginjal. Raganya tak begitu kuat, sehingga kalau ada undangan ceramah diwakilkan. Ramadhan yang direkomendasikan kepada pengundang, mengisi ceramah dihadapan majelis pengajian. Kerap mengisi ceramah membawa satu keberuntungan, Ramadhan dihubungi stasiun televisi untuk tampil.
Ramadhan anak yang berbakti, selalu teringiang nasehat ustad Attar. Bahwa Ridho Allah tergantung Ridho orang tua, bahwa surga bisa diraih melalui bakti pada orang tua. Tak perlu lagi jauh jauh mencari surga, sesungguhnya surga terdekat ada di rumah yaitu ibu, ibu, ibu, kemudian ayah.
***
Adegan ASDR (dokpri)

Cerita yang tertuang dalam film ini dikemas ringan, penonton tak perlu mengerutkan kening mengikuti kisahnya. Tak terlalu menonjol adegan kekerasan dan menegangkan, aman membawa serta anak anak karena nihil adegan dewasa. Aksi pemain rata rata cukup bagus, tak ada acting yang terlalu kaku. Husein Idol yang dipasang sebagai bintang, cukup bisa memegang peranan.
Sepanjang scene yang melibatkan perasaan bakti pada ibu, penonton akan dikuras air mata. Penataan musik mampu menghidupkan suasana, menyatu dengan pesan yang hendak disampaikan. Saya pribadi tak lepas dari rasa haru, ketika si Ramadhan menunjukkan bakti pada ibu dan ayahnya.
Sedikit yang saya cermati dan agak janggal, adalah seorang ustad muda mengekspresikan rasa suka pada Nayla. Pergi berdua melewatkan waktu di pinggir sungai Musi, bahkan sempat selfi berdua dengan kamera handphone. Kemudian juga berboncengan dengan vespa berdua, meski nayla bilang bukan mahram. Meski saat conpres sang pemain bilang tidak ada adegan sentuhan, namun tetap terasa kurang pas. Bukankah seorang ustad pasti sudah tahu ilmunya, bahwa apabila ada dua orang berlainan jenis berduaan maka yang ketiga adalah setan.
Selebihnya film ini menjadi tontonan yang menghibur, dan pesa yang disampiakan sukses ke benak penonton. Jadi tak perlu mencari surga di tempat lain, ternyata ada di setiap rumah yaitu ibu. (salam)