![]() |
Sudut kampung halaman saya -dokpri |
Sebagai orang yang lahir dan besar di desa,
keseharian saya dulu tak lepas dari sawah luas membentang. Ayah saya seorang
guru SD, ikut menggarap sawah kakek seluas dua hektare. Ketika saya duduk di
bangku SMP, mulai diajak ke sawah menjelang dan pada saat panen tiba. Tugas
saya tak terlalu berat, menunggu padi agar tak dimakan burung.
Namun entahlah, meski semasa kecil kerap ke sawah,
saya kurang tertarik menjadi petani. Setelah lulus sekolah atas, merantau
menjadi pilihan seperti pemuda desa lainnya. Kini hampir seperempat abad
berlalu, kaki ini berpijak bukan pada tanah kampung halaman.