1 Jan 2018

Resolusi 2018 adalah Menjadi Ayah Terbaik !


Dokumentasi Pribadi

Jujur saja, secara usia saya sudah tidak bisa dikategorikan muda (apalagi remaja) hehehe. Anak sudah dua (belum ada rencana nambah), cukup dengan satu istri. Sungguh saya bersyukur, dengan anugerah kehidupan yang luar biasa.

Kalaupun saya suka berteman, berkumpul, berdiskusi dengan anak-anak yang umurnya di bawah saya, sebenarnya strategi untuk memelihara jiwa muda. Toh kalau di lingkungan tempat tinggal, saya berkumpul dengan usia sebaya.

Membuka hari pertama tahun 2018, keluarga kami mendapatkan rejeki tak terduga. Kakak ipar dan keponakan dari luar kota datang, tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Rupanya mereka dari rumah saudara di daerah dekat Bekasi, kemudian sengaja mampir sebelum balik kampung.


Pada kakak ipar satu ini, saya punya cerita panjang, secara personal relatif dekat. Mengingat pada awal merantau, beliau menampung saya di Surabaya. Sehingga, pada masa awal susah payah perjuangan, menjadi tempat berbagi suka duka.

Kedatangan kakak dan keponakan, tentu kami sambut dengan gembira. Bukankah kehadiran tamu, tak ubahnya sebagai sebuah rejeki. Kami menjamu dengan sikap terbaik,  berharap satu saat berkunjung kembali dan menginap.
Awal tahun yang menggembirakan, semoga sepanjang tahun 2018, kita semua berlimpah rejeki, kesehatan dan keberkahan—Amin.
Berkumpul bersama saudara - dokpri

Apa resolusi 2018 ?
Sebelum saya jawab perihal resolusi. Sebenarnya, saya sudah terbiasa menulis pengharapan sejak beberapa tahun lalu. Maksud saya, kalau tahun 2018 punya resolusi, sejatinya bukan sebuah hal baru.

Tapi, kalaupun saya menuliskan detil resolusi, saya memilih tidak menulis di medsos, dengan alasan bukan untuk konsumsi publik. Setelah menulis resolusi, saya simpan di tempat yang (cenderung) saya ketahui sendiri.
Kemudian, pada satu saat saya akan mencocokan, apa saja resolusi yang sudah tercapai dari pencanangan harapan di awal tahun tersebut.

Berhubung tema tulisan ini tentang resolusi, maka untuk tahun ini saya menulis secara garis besarnya saja, alias tidak terlalu spesifik.

Sebagai seorang ayah, resolusi saya mulai mengalami pergeseran. Sudah bukan lagi untuk pencapaian diri sendiri, tapi mulai berharap lebih pada anak-anak.

Satu hal mutlak, Saya terus berusaha menjadi suami dan ayah terbaik. Berusaha mempersembahkan sikap terbaik, perhatian terbaik, nafkah terbaik, untuk istri dan anak-anak— saya yakin semua ayah melakukan hal serupa--, agar mereka bahagia dan mencapai yang dicita-citakan untuk kebaikan tentunya.

Tahun 2018, menyadarkan saya tentang bertambahnya usia. Bahwa rambut mulai bermunculan (banyak) uban, garis-garis di wajah sudah tidak bisa dibohongi. Bahwa seusia saya (Fouthy and more), sudah semestinya berbeda dari pola pikir dan bertindak.

Resolusi saya pribadi, sudah otomatis menjadi bagian dari resolusi anak-anak dan istri. Sepenuh tenaga, saya berusaha membantu dan mendorong anak-anak, demi mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Bahwa langkah mereka, masih sangat jauh dan panjang.

Sementara saya ayahnya, rasanya sudah saatnya lebih meng(k)aji esensi kehidupan. Bahwa ada tujuan sejati hidup, yaitu kesejatian tujuan hidup itu sendiri. – Mohon Maaf Lahir dan Batin, Happy New Year 2018 -  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA