14 Jun 2016

Netizen Peduli Perubahan Iklim

Menteri Lingkungan Hidaup & Kehutanan, Dr. Ir Siti Nurbaya Bakar, M.Sc.(dokumentasi pribadi)
Sejak tahun 1990 para ilmuwan sepakat, bahwa pemanasan global adalah ancaman terbesar abad XX1. Prediksi ini tentu bukan sembarangan, kini sudah mulai kita rasakan. Contoh paling nyata dan sedang kita hadapi, adalah hujan turun tidak lagi pada hitungan musim. Bulan juni yang sedang berjalan di negara tropis ini, tak serta merta dibarengi cuaca panas.
Dalam sebuah koran nasional terkabar, bahwa Indonesia saat ini mengalami kemarau basah. Artinya hujan masih tetap hadir, tak peduli musimnya sudah selesai. Kalau orang Jawa di daerah saya, sering memberi julukan "Salah Mongso" (salah masa).
Apa yang kita saksikan dan rasakan, adalah akumulasi dari sebuah dampak yang cukup kompleks. Pembakaran hutan marak terjadi, bahkan beberapa saat lalu kita impor asap ke negara tetangga. Belum lagi akibat dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor, ditengarai sebagai salah satu penyumbang polusi udara ibukota.
Lapisan ozon perlahan tapi pasti akan lubang, sinar matahari yang jatuh ke bumi tak lagi punya filter. Bumi semakin panas, tentu berpengaruh pada kehidupan manusia. Akibat pencemaran udara pula, menyebabkan selimut atmosheric 37% lebih tebal dari sebelumnya.
Upaya penyelamatan tengah dilakukan, dengan diadakan "Confrence of Parties (COP 21) in Paris pada Desember 2015. Lintas negara berkomitmen, membuat kesepakatan penanganan iklim international yang baru. Hal ini sebagai tindak lanjut, atas kesimpulan U.N Framework Convencion on Climate Change (UNFCCC)
Sebagai persiapan, setiap negara membuat persetujuan outline post hingga tahun 2020. Kemudian ditindaklanjuti dengan aksi, berdasar kesepakatan Internasional yang baru dibawah arahan Intended Nationally Determined Contributions (INDCs).
INDCs sebagai dasar, bagi komunikasi setiap negara international. Untuk menentukan kebijakan, terkait perubahan iklim yang terjadi di setiap negara. INDCs akan mampu mencermikan ambisi setiap negara mengurangi emisi, mempertimbangkan keadaan dalam negri dalam kemampuan menganggulangi.
Sebagai Netizen, kita bisa berartisipasi dengan menyebarkan ajakan mengatasi keadaan yang sedang berlangsung. Dengan membuat statusatau informasi  di medsos, menggunakan Hastag #SelamatkanBumi. Siapapun harus peduli, ikut bergandengan tangan demi menciptakan iklim yang sehat.
Budaya membuang sampah pada tempatnya harus digalakkan (dokumentasi pribadi)
Melakukan dari hal kecil yang positif, sembari "menularkan" pada orang terdekat di sekitar. Seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak membakar kotoran sembarangan. Mengurangi penggunaan plastik, menghemat penggunaan kertas. Bepergian dengan menggunakan public transportation, memilih konsumsi kendaraan dengan BBM yang bebas timbal.
Anda bisa teruskan sendiri, hal apa yang bisa dilakukan demi kebaikan bersama. Kalau saja hal kecil dilakukan kontinyu dan disebarkan, perlahan tapi pasti akan menjadi sebuah gerakan besar. Kalau sudah menjadi sebuah gerakan, tentu akan menjadi sebuah budaya.
Siapa yang diuntungkan?

Kita semua masyarakat yang menikmati, udara bersih bebas pencemaran. Saatnya kita mulai dari sekarang, yuk sebarkan #SelamatkanBumi (salam) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA