15 Sep 2015

Pendar Cinta dari Pelosok Tabanan


SOS Childern's Villages Bali (dokpri)

Setitik cahaya meski hanya setitik, niscaya akan terdeteksi dalam ruangan pekat. Sebentuk  cinta kasih meski hanya dari sebentuk hati, tak kuasa jua untuk tak terungkap. 
Kehidupan berlaku sejalan dengan titah-NYA, tak mengingkari pun tak diingkari. Semesta berlaku asih dan kasih, pada seluruh makhluk ciptaan-NYA. Hanya dengan nafsu semua ternodai, hanya dengan cinta semua tersemai. Hukum alam menetapkan akibat bagi yang berbuat, tanpa memandang apa atau siapa.

 
Desa Bantas - Tabanan Bali
Pulau Dewata yang berbalut keindahan, terasa sempurna dengan hangat fajar pagi. Cahaya merekah menyalurkan semangat berlipat, pada anak-anak SOS Childern's Villages Tabanan Bali.
Lelaki usia jelang 70 tahun, I Gusti Agung Made Suweca melepas anak-anaknya berangkat sekolah. Acara rutin yang dinamakan salam pagi, berlangsung dengan hangat. Tangan tangan mungil anak SD/ SMP berebut, sekaligus disambut lelaki yang akrab disapa Pak Agung ini. Maka tak ketinggalan doa pengharapan diungkapkan, sambil mengusap kepala setiap anak. Tak urung anak usia SMA turut serta, mengambil punggung tangan Pak Agung dan menciumnya. Beliau adalah Lurah di desa taruna, SOS Children's Village di Bali.


Sos Childern's Villages yang berada di desa Bantas- Tabanan, di Indonesia merupakan lokasi ke empat setelah Bandung, Jakarta dan Semarang, menyusul di Medan dan Aceh. SOS Indonesia merupakan organisasi non profit, yang bergerak untuk memperjuangkan hak-hak anak khususnya dalam hal pengasuhan. SOS Indonesia Childern's Villages memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga, juga menggiatkan Program Penguatan Keluarga di sekitar lokasi Village. SOS Childern's Villages sendiri sudah berdiri sejak 1949, dan sudah tersebar di 134 negara termasuk Indonesia.
-0-o-0-
Sabtu (12 sept'15) Pukul 06.30 WITA
Saya beruntung bisa menyaksikan langsung prosesi salam pagi, bersama dua blogger lain yaitu Idrus dari Gorontalo- Sulawesi Utara dan Ilham dari Palembang- Sumatera Selatan. Kami bertiga adalah pemenang blog competition yang diselenggarakan SOS Childern's Villages Indonesia, dengan tema "Catatan Anak Bangsa"  dalam rangka 70 tahun HUT RI. 
Pak Agung dalam "Salam Pagi" (dokpri)
Acara salam pagi ini adalah acara rutin, dilakukan anak-anak SOS Bali menjelang berangkat sekolah. Budaya ini sangat penting bagi penanaman sikap menghormati orang-tua, sekaligus menumbuhkan semangat beraktivitas. Hal ini tergambar dari doa Pak Agung, pada setiap anak yang menghampirinya. Semua anak dimohonkan agar menjadi anak yang sehat cerdas, dan bermafaat bagi sesamanya. 
Hari beranjak menjelang siang, kami blogger bersama kak Vanda, Kak Loly dan Kak David menikmati Tabanan. Dua lokasi dituju yaitu Ulu Datun dan alas kedaton, Pak Agung memandu kami diantar Pak Naya.
Anak adalah tunas bangsa pemegang estafet kehidupan, yang akan mewarisi sikap orang tua juga lingkungan pergaulan. Maka sangat diperlukan pengasuhan yang benar sejak usia emas (0-7 th), sehingga mentalnya siap menghadapi kehidupan sebenarnya kelak. Rumah adalah sekolah pertama sekaligus utama, sadangkan orang tua (ayah dan ibu) adalah guru kehidupan muasal. Orang tua lah yang (sadar atau tidak) menjadi peletak pondasi, pembentukkan karakter dasar dari setiap anak. Kelak karakter ini akan dibawa setiap individu, berproses menjalani kehidupan masing-masing.
12 rumah berdiri di areal SOS Childern's Villages Bali, setiap rumah terdapat 4 kamar. Total penghuni adalah 12 anak, didampingi satu ibu asuh. Setiap rumah dihuni anak beda usia dan jenis kelamin, sehingga layaknya sebuah keluarga ada yang berlaku sebagai kakak pun adik. Saya sempat menyambangi satu demi satu rumah, bersapa hangat dan berbincang akrab dengan penghuninya. Setiap rumah memiliki keunikan sendiri- sendiri, pada dindingnya terpasang aneka penghargaan dari anak-anaknya. Piala dari aneka lomba tertata rapi, juga tergantung medali. Karya anak-anak dalam bentuk puisi, atau foto-foto terpajang rapi.
Suasana SOS Villages Bali (dokpri)

Prestasi anak-anak SOS (dokpri)
Satu nama yang sedang hangat diperbincangkan, adalah Semy yang baru saja menyabet medali perak dan perunggu. Kedua medali diperoleh dalam olympiade di Los Angles, dalam sebuah cabang olah raga Ateletik. Selain semy juga terdapat nama lainnya, dengan prestasi tak kalah membanggakan. Prestasi ini tentu bukan sembarang prestasi, apalagi sudah tingkat international.
Ketika memasuki satu diantara 12 rumah, ada yang membuat hati saya terpaut. Adalah gadis mungil usia 2 tahun bernama Riyani, tinggal di SOS Childern's Villages sejak usia 27 hari. Karena kondisi keluarganya yang sangat memaksa, gadis mungil Riyani tinggal di tempat luar biasa ini. Naluri keayahan saya menyeruak, segera dua tangan kecil itu saya rengkuh. Saya trenyuh ketika membayangkan, masih banyak Riyani-Riyani yang lain berada di luar sana. Mungkin tak seberuntung Riyani digendongan saya, mendapat kasih sayang yang dibutuhkan. Riyani terkesan tak canggung, berada dalam pelukan saya.
Anak- anak SOS Childern's Villages yang sudah mandiri, gambarnya masih terdokumentasi lengkap.
"yang ini sekarang bekerja sebagai Perawat, ini juga bekerja di Kapal Pesiar, nah ini sudah menjadi tentara di Jawa" Pak Agung dengan telaten mejelaskan" yang ini menikah dengan anak dari rumah ke tujuh" lanjutnya
Tinggal di SOS Childern's Villages otomatis menjadi keluarga besar, bahkan ketika anak-anak yang mandiri pulang selalu mengadakan reuni.
"kalau mereka ketemu, ngobrol bisa sampai jam 03.00 dini hari" ujar salah satu ibu asuh.
Berdiri di atas lahan seluas 6 Hektare, saya seperti berada di sebuah kampung khusus. Terus terang situasi ini lebih dari bayangan saya, sebelumnya tergambar di pikiran sebuah bangunan seperti asrama dengan berjajar kamar. Kemudian hanya dengan pelataran seluas lapangan bola, terdapat ruangan-ruangan untuk berkegiatan. Namun SOS Children's Village adalah seperti sebuah desa, memiliki fasilitas penunjang kegiatan anak-anak.
Menjadi ibu asuh di setiap rumah, tentu melalui seleksi yang ketat. Minimal memiliki rasa sayang pada anak-anak, siap mengayomi setiap anak yang ada dalam rumah. Ada satu nama Bu Gusti, pengabdiannya sudah dibuktikan. Kini usianya hingga menjelang 60 tahun, mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya tulus pada anak-anak di SOS Childern's Villages Bali.
Setiap anak berhak mendapat perasaan dilindungi dan diterima, serta menjadi bagian dari sebuah keluarga. Melalui kasih sayang dan penerimaan, akan tumbuh dan terbangun rasa percaya diri. Rasa percaya diri inilah kunci penting, agar anak mampu mengasah potensi yang dimiliki.
-0-o-0-
Sabtu Pukul 20.00 WITA
Gelaran acara malam budaya riuh rendah, dengan penampilan dari anak-anak SOS Children's Villages Bali. Tarian khas Bali ditampilkan anak-anak bergantian, tak ketinggalan atraksi Yoga dan penampilan Band. Semua menjadi pembuktian anak-anak bersemangat, mengasah bakat dan minat masing-masing.
Acara di SOS Villages ali (dokpri)
Kami tak mau ketinggalan berpartisipasi, setiap blogger yang berasal dari daerah yang berbeda tampil. Ilham dengan dongeng tentang cerita rakyat Palembang, saya dengan lagu dolanan Jawa. Sementara penampilan terakhir adalah Idrus, membawakan lagu Gorontalo lengkap dengan musik pengiring. Setiap blogger tampil dengan busana khas daerah, sehingga memperjelas identitias kami.
Malam itu Mas Enda Nasution datang, tak lama setelah Cheff Juna dan team hadir. Sehingga suasana semakin meriah, dan malam semakin lengkap.
-o-0-o-
Minggu 13 Sep'15
Kemeriahan malam budaya belumlah usai, pagi hari dilanjutkan dengan aneka lomba. Cheff Juna yang wajahnya akrab di layar televisi, menjadi bintang bagi kaum ibu dan remaja putri. Wajah rupawan dan penampilan kerennya, menjadi rebutan berfoto selfie. Sejak kedatangan pada malam budaya, benar- benar menjadi magnet.
Blogging Class (Ki-Ka) Kak Enda Nasution, Idrus, Ilham, Agung Han (dokpri)
Coocking Class bersama Cheff Juna (dokpri)

Pagi itu khusus ibu-ibu diadakan lomba memasak, chef Juna bertindak sebegai juri. Sementara Mas Enda Nasution (bapak blogger Indonesia), memandu kelas menulis bersama kami para blogger. Kelas menulis diikuti anak usia SMP, sedang sepuluh tahun ke bawah ikut lomba mewarnai.
Sepanjang dua hari tawa bahagia bergema, memenuhi langit SOS Childern's Villages Bali. Cinta berpendar dalam hati setiap kami yang hadir, menanamkan sikap optimis tak berkesudahan. Anak-anak yang tumbuh dalam keceriaan, adalah tunas tunas yang akan mewarnai kehidupan masa mendatang. Kita para orang tua wajib mewarisi sikap asih pada mereka, agar dibawa anak-anak hingga kelak dewasa. Kemudian saat mereka memiliki anak, akan mewariskan lagi pada generasi berikutnya.
Alangkah indah kehidupan, apabila keindahan juga yang ditanamkan. Setitik demi setitik cahaya kalau disatukan, niscaya akan menjadi sebuah lentera. Tak ada kegelapan yang abadi, selama mash ada sebentuk hati yang memendam kasih.
"salam SOS" pekik kak Vanda sang pembina
"DI SINI" balas adik-adik serentak (sambil menempelkan telapak tangan kanan di dada sebelah kiri)

2 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA