6 Sep 2015

Merubah Sikap dari Diri Sendiri


sumber gambar ; newamericamedia.org
Hukum alam bekerja begitu sempurna, apa dan siapa yang berbuat akan mendapati akibat. Pun bagi orang yang yang tak berbuat tapi menangung akibat, pada akhirnya memperoleh ganjaran yang sesuai. Semesta bekerja sesuai sunnatullah, tak melanggar dan tak bisa dilanggar secara semena-mena.
Pada satu sisi manusia dianugerahi akal, menjadi modal luar biasa dibandingkan makhluk lainnya. Manusia sebagai makhluk mulia diberi pilihan, menjadi dan melakukan apapun yang diingini. Namun tak boleh ingkar setiap pilihan tak lepas dari resiko, yang tidak bisa dilimpahkan pertanggungannya. Aturan kehidupan tersurat melalui kitab suci, yang dibawa manusia (baca; nabi) pilihan.

Orang yang bisa membawa diri dengan baik, resikonya mudah diterima di lingkungan pergaulan. Sebaliknya orang yang kurang pintar menjaga sikap, resikonya orang lain merasa tidak nyaman berdekatan. Sejauh perjalanan kehidupan yang saya tempuh, memberi cukup banyak pelajaran hidup. Kebiasaan kecil dalam keseharian yang dijalani, akhirnya berubah menjadi sikap dan tabiat. Tak ada manusia tak lepas dari salah, namun selalu ada kesempatan berbenah.
-0-o-0-
HIV/ AIDS adalah sebuah akibat dari sebuah sebab, kehadirannya tidak datang dengan tiba-tiba. Virus berbahaya ini masih belum ditemukan obatnya, telah menjadi pandemi kesehatan seluruh dunia.
Penghindaran atas orang yang terinfeksi HIV/ AIDS, pengasingan, penolakan, diskriminasi adalah bentuk hukuman sosial. Tak anyal penggiat yang peduli ODHA juga mendapat perlakuan serupa, menurut saya sikap sinis masyarakat ibarat sebuah batu ujian. Hukuman sosial dari masyarakat menjadi sebuah resiko, cara mengatasi justru dengan menghadapi dengan ketegaran jiwa.
Tak hanya pada ODHA saja, khusus aktivis yang mengalami hal tak mengenakkan. Semoga  tidak menyurutkan langkah, justru memperkuat semangat perjuangan. Meski saya yakin sangat sulit, tapi memilih sikap menghadapi resiko adalah pilihan terbaik diantara yang buruk.
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) sangat butuh pendampingan, seorang yang sangat peduli (baca; aktivis) agar ODHA tidak merasa sendiri.  Celah kosong dalam jiwa yang dibiarkan kosong, niscaya menumbuhkan rasa keputusasaan bersemayam.
Paling penting bagi ODHA, menuntut pada diri sendiri. Berani menjamin memiliki tekad kuat, untuk segera merubah perilaku yang salah. Segera melepaskan diri dari kebiasaan dari lingkungan lama, siap untuk membuka lembaran baru. Istilah kata tidak ada terlambat untuk berubah, musti dicam-kan agar komitmen semakin mebulat.
Sekali lagi memang bukan hal yang mudah, namun juga bukan suatu hal yang mustahil.
Stigma masyarakat terhadap ODHA, sungguh menjadi tantangan psikologis. Hal ini tergambar dari sebuah survey, 10 Mahasiswa di Sulawesi ketika diberi kuisoner.  4 orang diantaranya mengaku takut berhubungan dengan ODHA, 6 lainnya meski tak tegas secara tersirat memilih menghindar dengan halus.
business-humanrights.org
Menurut hemat saya diadakan gerilya dari dua arah, baik dari internal ODHA pun Eksternal. Dari sisi internal yaitu ajakan merubah perilaku ODHA, agar mulai bergaya hidup sehat. Melalui pergaulan yang sehat, bahan bacaan yang sehat akhirnya membentuk pikiran yang sehat. Sedangkan dari eksternal, aktivis atau volenteer bisa memberi penyuluhan pada masyarakat. Hal ini bukan hanya menjadi tugas Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) saja, bahkan setiap individu yang peduli perlu teribat dan dilibatkan. Agar masyarakat melek pengetahuan. Bagaimana agar ODHA dibantu bangkit dari keterpurukkan. Semoga melalaui  Pernas Aids V di Makasar menjadi titik tolak, untuk membangun gerakan mulia ini
Manusia diberi kewenangan sebatas berusaha, sedang hasilnya menjadi otoritas Sang Pencipta. Ikhtiar sebagai wujud sebuah penghambaan, sebagai bukti manusia sangat ringkih dan terbatas. Justru keterbatasan itu juga menjadi alasan, untuk saling membahu satu orang dengan yang lainnya.
Sangat penting dalam hal ini adalah komitmen, bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik. Seseorang yang betekad berubah (baca; mednapat hidayah), niscaya tak khawatir dengan kesulitan atau perjuangan hidup yang dihadapi. Rasa optimis dalam berbuat mengiringi sikap pasrah, niscaya membentuk menjadi pribadi mumpuni di segala situasi. (semoga-salam)

2 komentar:

  1. Memang agak berat mas kalau bicara soal Aids dan ODHA. Banyak yang takut dan memilih menjauh. Padahal saya banyak baca kalau mereka justru butuh banyak dukungan ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat mas Ryan
      terimakasih sudah berkunjung
      salam :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA